Menghadapi era persaingan global, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi senantiasa memperbaiki mutu perguruan tinggi sebagai wadah pencetak sumber daya manusia unggul.
Semakin meningkatnya mutu perguruan tinggi di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing tinggi, kreatif, inovatif dan mampu berkompetisi dengan negara lain.
Menristekdikti Mohammad Nasir menjelaskan, berbagai program dan kebijakan berkelanjutan yang dirancang secara sistematis telah diterapkan pihaknya untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Salah satunya melalui penyelenggaraan seminar internasional dengan mengangkat tema 'Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal Berbasis Outcomes' yang digelar di Makassar pada 7-8 Agustus 2017. Kegiatan merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-22.
Seminar bertujuan untuk menemukan strategi efektif dan efisien bagi pengembangan sebuah prodi dan institusi yang diakui secara global. Pembicara Internasional berasal dari beberapa negara, antara lain Manager Quality Assurance Strategy at The New Zealand Qualification Authority/NZQA Prof. Eve McMahon, Australian University Quality Agency (AUQA) Prof. Karen Treloar, Professor Lyn Karstadt dari Murdoch University, Dr. Jhonson Ong Che Bin dari Asean University Network-Quality Assurance (AUN-QA) Expert, dan Prof. Dr. Raymund Sison dari De LA Salle University Philipines Narasumber dari dalam negeri diantaranya perwakilan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PT KES), Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Bina Nusantara.
Menurut Nasir, dukungan penuh pihaknya dalam upaya peningkatan mutu perguruan tinggi, khususnya untuk mendapatkan pengakuan atau akreditasi internasional. Dia menekankan pentingnya perguruan tinggi Indonesia memperoleh pengakuan internasional agar kualitas lulusan juga diakui secara global.
"Saya berharap dapat menjadi muara tumbuh kembangnya budaya mutu pendidikan tinggi. Menuju peningkatan daya saing bangsa Indonesia yang berkualitas," ujar Nasir dalam keterangannya, Rabu (9/8).
Dia memastikan bahwa masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dilakukan Kemenristekdikti dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
"Merujuk data BAN-PT 2017, dari 4.530 perguruan tinggi di Indonesia mayoritas 65 persen masih terakreditasi C, sisanya terakreditasi B 31 persen, dan A hanya 4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas pun mengalami disparitas. Ini telah menjadi perhatian kita dan upaya sistematis telah dijalankan untuk memperbaikinya," jelas Nasir.
Kabar baiknya, di tahun ini semakin banyak perguruan tinggi yang terakreditasi A. Tahun 2015 lalu tercatat hanya 21 perguruan tinggi yang terakreditasi A kini telah mencapai 54 buah. Ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi Indonesia. Yang cukup menggembirakan, terdapat delapan perguruan tinggi di Indonesia yang program studinya telah terakreditasi internasional dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan lainnya.
Bila mengacu kepada ranking perguruan tinggi internasional versi QS tahun ini kita mempunyai tiga perguruan tinggi yang masuk 500 besar dunia, pada tahun 2016 hanya dua perguruan tinggi.
"Universitas Indonesia di peringkat 277, naik 48 peringkat dari tahun sebelumnya di 325. Institut Teknologi Bandung di peringkat 331 dan Universitas Gadjah Mada naik 99 peringkat menjadi peringkat 402," beber Nasir.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Intan Ahmad menambahkan bahwa upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi bukan hanya jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah saja.
"Semua pihak harus bekerja keras. Perguruan tinggi dan para pendidik juga harus berperan aktif dalam peningkatan mutu berstandar internasional," ujarnya.
[wah]