Berita

Foto/Net

Hukum

Menhan Pastikan Beli Sukhoi Rusia

Di Depan Mahasiswa Baru Bela Negara
KAMIS, 27 JULI 2017 | 09:54 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kementerian Pertahanan memastikan pengadaan sejum­lah pesawat Sukhoi-35 dari Rusia tetap berjalan. Namun pengadaan alutsista bukan hal prioritas mengingat ancaman terhadap Indonesia sekarang hanyalah perang non fisik. Seperti perang ideologi. Karena itu, pembinaan kesadaran bela negara kepada masyarakat san­gat penting dilakukan.

"Proses pengadaan Sukhoi masih berjalan, dan beli Sukhoi itu gak seperti kita beli kacang goreng. Kita mesti pesen dulu, nanya-nanya dulu, terus koor­dinasi sama presiden. Saya gak mau beli sembarangan, harus sesuai prosedur dan disesuaikan dengan anggaran yang kita pu­nya," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu usai memberi pembekalan ke­pada puluhan petinggi perguruan tinggi tentang pentingnya pem­binaan kesadaran bela negara bagi mahasiswa baru tahun 2017 di Kantor Kemhan, Jakarta Pusat, kemarin.

Bekas Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) ini mengaku, su­dah beberapa kali bolak balik ke Rusia untuk bernegosiasi men­genai harga. Proses negosiasi juga bukan waktu yang sebentar mengingat jauhnya jarak kedua negara.


"Itu negosiasi, lama, mesti bolak balik. Saya ke sana bukan seperti beli mobil. Pagi berang­kat, bayar, mobil bisa langsung kita dibawa pulang. Nah kalau Sukhoi, kalaupun sudah ada kesepakatan pembelian, pesa­watnya mesti dibuat dulu, lama," ujarnya.

Ryamizard menjelaskan, ala­san mengenai lamanya waktu bernegosiasi dengan pemerin­tah Rusia agar Indonesia bisa mendapatkan 11 unit pesawat Sukhoi 35 dari awal pembelian delapan unit pesawat. Sebab, mekanisme pembelian akan dilakukan menggunakan sistem imbal dagang guna menghemat anggaran.

"Dalam nego saya mau har­ganya harga dasar. Nggak mau saya yang dulu-dulu. Dulu 8-8, sekarang harus 8-11, dan sa­ya mau pembayarannya 50 persen dengan imbal dagang. Termasuk perusahaan Sukhoi bangun pabrik di sini. Kita nego itu. Mudah-mudahan ini jadi," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Ryamizard mengaku dirinya tidak pernah berfikir untuk me­nyelesaikan konflik antar negara dengan cara perang alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan). Sebab, menurut dia, masih ada cara lain yang lebih elegan untuk menyelesaikan masalah tanpa harus ada jatuh korban jiwa akibat terjadinya perang alutsista tersebut. "Saya gak mau seperti itu, karena saya berfikir masih ada cara lain yang lebih baik dari itu," katanya.

Salah satu alasannya, kata Ryamizard, saat ini Indonesia masih jauh dari ancaman perang alutsista karena berada di wilayah negara ASEAN yang sudah akrab dan berjanji tidak akan berperang jika ada konflik antarnegara. Karenanya, dia menyatakan tak akan ada pep­erangan antarnegara.

"Kalau mau perang, kita mau perang sama siapa? Kita ini su­dah 50 tahun lebih di ASEAN, dan tidak pernah ada perang. Aman, kita semua berteman akrab, malahan sudah berjanji kalau ada sengketa jangan dis­elesaikan dengan senjata, tapi dialog, agar tidak terjadi per­tempuran. Saya berpikir perang sudah tidak ada," tuturnya.

Oleh karena itu, Ryamizard berpendapat, pengadaan alutsista bukan hal prioritas mengingat ancaman terhadap Indonesia sekarang hanyalah perang non fisik. Seperti perang ideologi yang belakangan marah terjadi belakangan ini.

"Perang non fisik, ideologi, ini cuma bisa diatasi dengan bela negara. Makanya, sekarang ada sistem pertahanan semesta. Jadi boleh kita agak kurang masalah alutsista dibanding negara lain, tapi di Asia Tenggara kita masih terbaik," ucapnya.

Ryamizard pun menekankan agar seluruh institusi perguruan tinggi memberi pemahaman bela negara kepada mahasiswa baru. Tujuannya, agar para calon intelektual tidak terpa­par paham radikalisme yang penyebarannya belakangan marak terjadi di lingkungan kampus. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya