Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

ARTIKEL JAYA SUPRANA

Para Simpatisan

SELASA, 25 JULI 2017 | 08:55 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

DUNIA akademis juga digoyang politik. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono menyatakan bahwa pihaknya sedang menunggu arahan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait desas-desus bahwa sejumlah dosen UGM adalah para simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Prosedural

Panut menuturkan bahwa sejumlah nama dosen UGM aktif yang disebut sebagai simpatisan HTI sejauh ini memang belum dalam bentuk informasi resmi. Pasca-pembubaran organisasi HTI secara resmi oleh pemerintah 19 Juli 2017 sebagai tindak-lanjut dari terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017, beredar desas-desus mengenai sebuah dokumen berisi nama pejabat pemerintahan hingga akademisi yang selama ini diduga adalah simpatisan HTI.


Dalam dokumen tanpa kejelasan kebenaran mau pun sumbernya itu, terdapat 7 dosen UGM yang berasal dari Fakultas Ekonomi, Teknik, dan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Juga 3 dosen dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hamfara Yogyakarta, termasuk Rektor STIE Hamfara yang tak lain adalah Jurubicara HTI Ismail Yusanto. Ada pula 2 dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta serta satu dosen Universitas Muhammadyah Yogyakarta.

Soal tindakan apa yang akan dilakukan UGM, Panut akan tetap mengutamakan pendekatan persuasif internal. Dewan Kode Etika akan berperan mengkaji hal-hal yang dianggap pelanggaran etika dan disiplin. Namun Panut menegaskan bahwa kebijakan universitas harus prosedural sesuai arahan Kemenristekdikti .

Pasca G-30-S


Suasana masa pasca pembubaran HTI mirip pasca G-30-S , terutama pada istilah "simpatisan". Akibat dituduh sebagai simpatisan HTI maka para akademisi terancam tindakan yang ditentukan oleh pemerintah, senasib dengan para akademisi yang dituduh simpatisan PKI pada masa pasca G-30-S.

Akibat difitnah sebagai simpatisan PKI maka ayah kandung saya yang sebenarnya awam bahkan buta politik sehingga sama sekali tidak tahu-menahu mengenai apa yang disebut sebagai komunisme, pada suatu malam hari di pertengahan bulan Oktober 1965 diculik oleh entah siapa dan sampai kini tidak diketahui entah bagaimana nasibnya.

Bahkan sekitar dua puluh tahun kemudian ada pihak yang menulis surat kaleng kepada Presiden Soeharto agar membatalkan pengangkatan saya menjadi Duta PMI karena saya adalah anak seorang simpatisan PKI yang terbukti diculik pada masa pasca G-30-S. Tampaknya Pak Harto tahu bahwa saya awam politik maka beliau tetap mengangkat saya menjadi Duta PMI .

McCharthyisme

Nasib saya mirip Joko Widodo yang juga sempat difitnah sebagai anak seorang simpatisan PKI. Hanya beda nasib dalam hal Joko Widodo menjadi presiden sementara saya tetap  rakyat jelata. Akibat dituduh sebagai para simpatisan komunis maka ribuan tokoh warga Amerika Serikat seperti Charlie Chaplin, Thomas Mann, Lucille Ball, Danny Kaye, Arthur Miller, Dalton Trumbo, Otto Klemperer, Bertold Brecht , Aaron Copland,  Leonard Bernstein, dan lain-lain terpaksa jatuh sebagai korban pencekalan gerakan anti komunis yang sejak tahun 1950 sebagai awal masa Perang Dingin diprakarsai oleh Senator Joseph McCharty  yang kemudian tercatat di lembaran hitam sejarah Amerika Serikat dengan sebutan McChartyisme. [***]

Penulis adalah pendiri sanggar pembelajaran kemanusiaan

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya