Berita

Jokowi dan Tim 7 GNPF MUI/net

Politik

Netizen: GNPF MUI Jilat Ludah, Pembisik Jokowi Mengecewakan

SENIN, 26 JUNI 2017 | 15:00 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Meski disebut-sebut memuluskan rekonsiliasi, namun penerimaan Presiden Joko Widodo atas kunjungan Tim 7 Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) banyak dikritik pula.

Tim 7 terdiri dari Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir, Wakil Ketua GNPF Zaitun Rasmin, Kapitra Ampera (Tim Advokasi GNPF), Yusuf Marta (Anggota Dewan Pembina), Muhammad Lutfi Hakim (Plt Sekretaris), Habib Muchsin (Imam FPI Jakarta), dan Deni (Tim Advokasi GNPF).

Kemarin, keinginan mereka bertemu Jokowi akhirnya terkabulkan. Atas bantuan Menteri Agama, Lukman Hakim dan Menko Polhukam, Wiranto, Tim 7 bisa diterima Jokowi pasca tengah hari di Lebaran pertama (Minggu, 25/6).


Di media sosial, banyak pandangan netizen yang menyayangkan terjadinya pertemuan tersebut. Misalnya, dari pemilik akun facebook Nong Darol Mahmada, yang dikenal sebagai aktivis pluralisme.

"Saya terluka membaca pernyataan kelompok yang tadinya teriak-teriak penuh kebencian mengerahkan massa sampai berhasil menyeret salah satu anak bangsa terbaik ke penjara, difasilitasi menag yang memanfaatkan open house". Begitu sebagian postingannya di facebook.

Ia mengingatkan, GNPF MUI tidak diakui oleh MUI sendiri. Pertanyannya mengapa mereka bisa diterima secara istimewa oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka?

"Duka di hari lebaran" tulisnya lagi.

Aktivis dan penulis, Mohammad Guntur Romli, juga mengeluarkan kekesalannya atas pertemuan itu via media twitter (@GunRomli).

"Pertemuan GNPF (yg tdk diakui MUI) dgn Jokowi masing2 pake strategi, GNPF pake "jilat ludah" klu Jokowi (konon) lawan yen dipangku mati," tulis Guntur Romli.

Dia menebak-nebak mana strategi yang paling efektif ke depan. Strategi "jilat ludah" GNPF MUI atau strategi "pangku-pangkuan" versi Jokowi.

"Bachtiar Nasir Wahabi itu kan sedang diperiksa kasus pencucian uang, kok bisa diterima di istana, bawa label silaturahim jg, ini masalahnya," lanjutnya.

Dia juga melihat ada masalah dengan para pembisik Jokowi di Istana.

"Rizieq uda dihindari tokoh2 Islam,GNPF sdah tdk diakui MUI,kok malah dikasi panggung & diterima.".

Kemudian "Jgn memanfaatkan kenaifan, dgn politisasi idul fitri & silaturahim unt terima kawanan yg sedang kena kasus di istana."

"GNPF gak diakui MUI, ketuanya diperiksa kasus pencucian uang, ketua pembinanya kena kasus cabul, mau kompromi dgn siapa? Tegakkan hukum!".

Demikian tadi sebagian uneg-uneg Guntur Romli yang tertangkap dari akun twitter pribadinya.

Pandangan dari sudut lain diutarakan mantan Anggota Komisi Hukum DPR RI, Djoko Edhi Abdurrahman. Wakil Sekretaris Pemimpin Pusat Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama itu mengirimkan tulisan berjudul "FPI Game Over" ke redaksi.

"Bani Islam kalah. Bani Kotak menang. Bactiar Nasir sudah jinak. Apalagi? Puja-puji Nasir pun mengalir kayak air pancuran di Tapian Nauli. Salah satu yang terpuji adalah program ekonomi umat dari Presiden Jokowi yang tiga bulan lalu dideklarasikan di Hotel Sahid Jakarta. Program 86," tulis Djoko.

Ia menyebut, "Bani Islam" sudah menyerah dengan bertamu Istana bertemu Presiden Jokowi.

"Kita sudah pengalaman yang begini di politik Indonesia. Sudah tabiat. Ilmu reman. Bagi sajalah 86 nya. Ormas Islamnya ada 18, dikali Rp 1 triliun, baru Rp 18 triliun. Kecillah itu, kata Anak Medan. Satu taipan, lebih dari cukup untuk covered," tambah Djoko dalam artikel itu. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya