WAHAI para pemimpin negeri
siapa yang seharusnya
membuka pintu menerima kalian
pejabat-pejabat negara
bukan open house
yang kalian selenggarakan
untuk menerima jabat tangan
dan ucapan meminta maaf
Bukan, bukan rakyat yang seharusnya datang
ke teras rumahmu yang kau buka lebar
dan kau berdiri megah di tengah
menyambut mereka dengan wajah sumringah
melepas kata maaf
seolah-olah kau yang menghalalkan
dan selesai sudah perintah amanah
dalam formalitas mushafahah
Jangan kaukira open house-mu
ungkapan tulus keramahan
lalu menyelesaikan semua persoalan
sepanjang kau cederai amanah
sepanjang kau jual pelayanan
sepanjang kau tak menjadi bagian
dari mereka yang membutuhkan pemerintahan
Kaulah yang mestinya datang
mengetuk pintu-pintu rumah rakyatmu
mendekat jendela-jendela hati
menangis di hadapan mereka
tulus mengaku belum mampu
memenuhi yang seharusnya kau penuhi
menuntaskan janji-janji yang kau tebar
lalu memberi janji lagi untuk mewujudkannya
dan kau menjadi tahu
betapa rakyat memendam sejuta rasa
Idul Fitri itu keagungan mengakui
yang kita tidak mampu dan yang lain mampu
ketulusan mengurai rasa
keikhlasan mencairkan hati
kerelaan melapangkan dada
sejuta segara cinta
Jadilah kita telaga bening
mengalirlah seperti gemercik sungai
berhamparlah layaknya samudera
tegaslah bagai curug perkasa
untuk meminta maaf
untuk memberi maaf
Minal aidin wal faizin.
Amiiin... [***]
Semarang, 24 Juni 2017
