Berita

Hary Tanoe/Net

Hukum

Kasus HT Lelucon Hukum Seperti Film Kejar Tayang

SABTU, 24 JUNI 2017 | 05:45 WIB | LAPORAN:

Kasus yang menimpa atas Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) memang terselip sejumlah kejanggalan. Status tersangka terkait tuduhan SMS ancaman yang dilaporkan Jaksa Yulianto tersebut sehingga membuat CEO MNC Grup itu menjadi tersangka sulit dipisahkan dari dinamika politik dewasa ini.

"Pemberian status tersangka yang terlalu dini dan cepat nampaknyan tak bisa dilepaskan dari konstelasi politik belakangan. Ini lelucon hukum saja, seperti film kejar tayang," ujar Ketua Umum Garda Rajawali Perindo(GRIND) Kuntum Khaira Basa dalam keterangannya (Sabtu, 24/6).

Dikatakan, penegak hukum di Indonesia sejak dipimpin Jaksa Agung HM Prasetyo, saat ini memang makin diragukan independensi dan kredibilitasnya. Apalagi, kata dia, banyak anomali hukum yang kerap disuguhkan di hadapan publik.


Tengok saja, kata dia, kasus-kasus besar seperti BLBI hingga kini malah tak jelas arahnya. Yang mutakhir, sambung dia, kasus penganiayaan Novel Baswedan yang sudah lebih dua bulan juga tak jelas siapa pelakunya.

"Tim hukum Presiden Jokowi nampaknya tak bisa bekerja dengan skala prioritas, mana urgent, mana penting, dan mana yang kasus remeh-temeh," kata mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam tersebut.

Sebagai aparat yang dibayar dengan pajak rakyat, lanjut Kuntum, seharusnya Jaksa Agung bisa bekerja dengan  profesional dan independen. Ia seharusnya memprioritaskan kasus-kasus besar, bukan malah ngurusi masalah sepele seperti SMS.

Kasus semacam itu bisa saja sebagai cara jaksa agung menutupi kegagalan kinerjanya dalam upaya membongkar masalah-masalah yang lebih penting bagi dunia penegakan hukum di Tanah Air. Apalagi, kasus yang menimpa Hary Tanoe, sambungnya, terkesan dipaksakan.

"Jika melihat kinerja yang seperti ini, bisa dikatakan ini bentuk kegagalan tim hukum Jokowi karena memilih orang yang tak profesional dan tidak independen. Anomali hukum ini harus segera disudahi," pungkas Kuntum. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya