Berita

Joko Widodo/Net

Politik

"Gebuk", Bahasa Gaul Presiden Jokowi Untuk Tegas Dan Law Enforcement?

JUMAT, 19 MEI 2017 | 09:14 WIB | OLEH:

SAAT memberikan sambutan pengantar pertemuan dengan para Pemimpin Redaksi di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (17/5), Presiden Joko Widodo sempat menggunakan kata "gebuk" ketika membicarakan kelompok dan atau aktivitas yang ditenggarai bertentangan dan merongrong Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI. Sontan kata "gebuk" menjadi headline media mainstrem dan trending topik di media sosial.

Bagi kalangan aktivis dan jurnalis yang umurnya sudah berkepala empat, kata "gebuk" dengan cepat membawa ingatan pada sosok Presiden Kedua Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto, The Smiling General.

(Alm) Bapak Drs. H. Tarman Azzam, M.Sc. (Ketua Umum PWI Pusat 1998-2003 dan 2003-2008) pernah bercerita kepada penulis, selama beberapa periode beliau menjabat Ketua Wartawan Istana dimasa Pak Harto berkuasa, Pak Tarman tidak pernah melihat raut marah di wajah Pak Harto. Pak Harto sangat luar biasa mampu mengendalikan raut wajahnya. Segala emosi yang menggelora di dada Pak Harto seolah bisa beliau lokalisir di dada saja, tidak sampai nampak di wajah. Dan jika Pak Harto sudah sangat marah terkait suatu urusan kenegaraan dan penyebab marah beliau harus segera diselesaikan secepat-cepatnya, para pembantu Pak Harto biasanya mengidentifikasi dengan kalimat "ta' gebuk". Jika Pak Harto sudah mengeluarkan kalimat "ta' gebuk", itu artinya urusannya teramat sangat serius dan Pak Harto sangat marah, dan para pembantu beliau harus segera bertindak. Terjemahan bebas kalimat "Ta' gebuk" kedalam bahasa Indonesia kira-kira setara dengan kalimat "saya gebuk" yang diucapkan dengan intonasi serius. Bagaimana para pembantu Pak Harto menyelesaikan urusan yang terkait ucapan Pak Harto tidak akan dibahas disini.


Presiden Jokowi juga dikenal publik jarang bahkan mendekati tidak pernah terlihat marah. Sebagai orang yang lahir dan besar di lingkungan bahkan di pusat budaya Jawa yaitu Solo dan Yogyakarta, sebagaimana Pak Harto juga demikian, ungkapan dengan menggunakan kata "gebuk" oleh Presiden Jokowi tidaklah salah jika ditafsirkan bahwa topik yang dibicaralan Presiden Jokowi merupakan sesuatu yang tidak saja serius namun juga kritis yang mengundang emosi Presiden sedemikian rupa sehingga memilih menggunakan kata "gebuk" dalam kalimat yang dipakai.

Tentu saja penulis tidak bermaksud menyamakan bahwa Pak Harto dan Presiden Jokowi memiliki pemahaman yang sama tentang bagaimana seharusnya pembantu-pembantu Presiden merespon penggunaan kata tersebut. Pak Harto mengucapkan kalimat tersebut dalam kondisi politik kenegaraan berada sepenuhnya dalam kendali beliau. Sementara Presiden Jokowi mengucapkan kalimat tersebut dalam kondisi politik kenegaraan sepenuhnya dijalankan sesuai dengan amanat reformasi, sesuai dengan norma-norma demokrasi, sesuai dengan koridor hukum.

Penulis lebih memaknai kalimat Presiden Jokowi tersebut sebagai ungkapan Presiden Jokowi untuk mengatakan dan menyampaikan pesan, baik kepada publik maupun kepada pembantu-pembantunya, bahwa beliau sangat serius, sangat tegas, dan sekaligus memerintahkan para pembantu-pembantunya untuk juga serius dan tegas menegakan hukum terhadap semua bentuk aktivitas dan kelompok yang ditenggarai bertentangan dan merongrong Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI.

Dan karena Presiden Jokowi juga dikenal sebagai Presiden humanis, maka kata "gebuk" nampaknya lebih tepat dimaknai sebagai bahasa gaul Presiden Jokowi untuk menggabungan makna  tegas dan law enforcement secara bersamaan untuk menghadapi aktivitas dan kelompok apapun yang merongrong empat pilar berbangsa dan bernegara Indonesia. [***]

Penulis adalah Redaktur Khusus Kantor Berita Politik RMOL dan Sekjen Community for Press and Democracy Empowerment (PressCode)

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya