Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
WIRIDDARI akar kata warada berarti "datang mengambil air". Seakar kata dengan ward berarti bunga mawar. Makna wirid dalam hal ini sama dengan dzikir. Bedanya, dzikir biasanya tidak ditentukan jumlah, waktu, dan tempat pelaksanaannya, sementara wirid lebih sering ditentukan jenis, jumlah, waktu, dan ketentuan pengamalanÂnya. Dzikir biasanya bersifat insidental dan wirid biasanya bersifat permanen. Dasarnya dalam Al- Qur'an antara lain: Wasabbihu bukratan wa ashiÂla (Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang/Q.S. al-Ahdzab/33:42). Dalam ayat lain dikatakan: Alladzina aamanu wa tathma’inna qulubahum bi dzikrillah, ala bi dzikr Allah tathmain al-qulub (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat AlÂlah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram/Q.S.al-Ra'd/13:28). KekoÂsongan jiwa dan kepenatan pikiran bisa membuat orang itu frustrasi, bahkan menjatuhkan diri ke daÂlam kebinasaan. Dalam Al-Qur'an ditegaskan: La taqnathu min rahmat Allah (Jangan putus asa terhÂadap rahmat Allah).
Ada suatu peristiwa penting terjadi di masjid Nabi di Madinah. Para pekerja dan pelayan toko menghadap kepada Rasulullah Saw untuk diaÂjari sesuatu yang bisa membuat dirinya setara dengan tuannya, yang bukan hanya melakukan ibadah tetapi juga bersedekah dan berinfak. SeÂdangkan kami para pekerja dan pelayan hanya bisa beribadah tetapi tdak punya kemampuan untuk bersedekah dan berinfaq. Rasulullah Saw mengajari mereka dengan dzikir (baca: Wirid, yaitu membaca subhanallah, al-hamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing tiga kali seuÂsai shalat fardhu maka kedudukan kalian sama dengan tuan-tuan kalian di mata Allah Swt. Para pekerja dan pelayan mengamalkan wirid itu seÂtiap usai shalat fardhu. Tuan-tuan para pekerja dan pelayan mengamati kebiasan baru karyÂawannya, akhirnya mereka juga mengamalkan wirid itu. Kelompok pekerja dan pelayan kembali mendatangi Rasulullah Saw mengadukan kalau tuannya juga mengamalkan hal yang sama. MerÂeka meminta sesuatu yang lain agar nanti di akhÂirat tidak kalah dengan tuan-tuannya. Rasulullah Saw menjawab "Sesungguhnya Allah memberi petujuk kepada siapa yang dikehendakinya".
Kalangan ulama khususnya ahli tarekat banÂyak mendapatkan perhatian khusus kepada wirid Sehubungan dengan ini, Ibnu 'Athaillah mengaÂtakan: "Jangan kita menganggap rendah hamba yang memiliki wirid dan ibadah tertentu, karena keduanya memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah." Ia menambahkan: "Jika engkau melihat seorang hamba yang ditetapkan oleh Allah daÂlam menjaga wiridnya, dan dilanggengkannya dalam keadaan demikian, namun lama ia tidak mendapatkan pertolongan-Nya, maka jangan sampai engkau meremehkan apa yang Allah teÂlah berikan itu kepadanya, hanya karena engkau belum melihat tanda-tanda orang 'arif ataupun cahaya indah seorang pencinta Allah pada diri hamba itu. Kalaulah bukan karunia berupa warÂid, tentu tidak akan ada wirid."
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00