Sebanyak 1.000 beasiswa kursus bahasa asing, diberikan kepada mahasiswa berprestasi UIN Jakarta. Pemberian beasiswa selama lima tahun itu tercantum dalam nota kesepahaman (MoU) dengan lembaga kursus Euro Management Indonesia (EMI).
"Ada 1.000 beasiswa yang kita berikan kepada mahasiswa UIN selama lima tahun. Nanti mereka seleksi, 200 beasiswa per tahun," ujar pendiri EMI, Bimo Sasongko usai penandatangan MoU dengan UIN Jakarta di ruangan Rektor, Kamis (4/5).
Pemberian beasiswa itu merupakan bagian dari program jangka panjang EMI terkait Gerakan Indonesia 2030. Dengan target dapat memberikan satu juta beasiswa belajar bahasa asing di tahun 2030.
Hingga saat ini, EMI telah memberikan 4.000 beasiswa belajar bahasa asing. Rinciannya, 2.000 beasiswa untuk siswa SMA, serta 1.000 quota untuk masing-masing mahasiswa dan jurnalis.
"Khusus untuk perguruan tinggi sederajat, baru UIN Jakarta. UI (Universitas Indonesia) baru tingkat fakultas. Nanti kita akan libatkan beberapa kampus lain terkait MoU serupa," tutur Ketua Umum Ikatan Lumni Program Habibie (IABIE) tersebut.
Dalam MoU itu, dihadiri juga Rektor UIN Jakarta Dede Rosyada beserta jajarannya. Dede sendiri akan segera berkoordinasi dengan seluruh fakultas di kampusnya.
Selain itu, Dede menekankan tiga hal terkait proses pembelajaran bahasa asing. "Pertama, soal culture (budaya). Dalam proses pendidikannya, masih ada yang benci penjajah. Padahal, banyak yang bisa dipelajari. Baik bahasa mau pun budaya dari negara asing," paparnya.
Lalu yang kedua, Dede menilai ada kesalahan persepsi terkait istilah bahasa asing yang telah disepakati bersama. Menurutnya, penyebutan bahasa kedua akan lebih memberikan pola pikir (mindset) yang lebih positif daripada istilah bahasa asing.
"Kalau istilah bahasa asing, orang jadi sungkan untuk belajar. Karrna dianggap asing. Kenapa tidak pernah disebut bahasa kedua? Supaya terasa lebih dekat. Bisa pakai dimana saja. Mindsetnya harus diubah," urainya.
Kemudian, Dede juga mengamati proses pembelajaran bahasa asing masih kurang diterapkan di sekolah. Sehingga, tidak berdampak langsung bagi pelajar atau mahasiswa untuk mengimplementasikan langsung.
"Kita tidak dibiasakan bilingual. Jadi, saat akan mempraktekkan bahasa kedua, jadi malu-malu. Sejak SD, SMP hingga SMA, guru harusnya bisa gunakan bahasa kedua. Supaya terbiasa dan menyukai," pungkasnya.
Terkait MoU dengan EMI, Dede akan memberikan prioritas kepada mahasiswa semester lima di kampusnya. Sehingga, dapat memiliki kualifikasi saat akan mengajukan beasiswa ke eropa atau Amerika.
[ian]