Guru spritual Letjen (Purn) Prabowo Subianto ini, menyanggah beberapa alasan yang dikemukakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait gerakan Tamasya Al Maidah, termasuk kekhawatiran tentang adanya kemungkinan kerusuhan, jika massa dari luar ibu kota masuk ke Jakarta. Berikut penjelasan Ustaz Ansufri Sambo;
Kapolri sudah menerbitkan surat edaran ke seluruh Kapolda agar Polri di daerah menghalau massa yang inÂgin ikut tamasya Al Maidah. Tanggapan Anda?
Saya kira karena ini aksi daÂmai, berkunjung, orang datang melihat dan memantau tidak ada alasan untuk melarang itu. Justru kalau dilarang, itu artinya negara melakukan kekerasan terhadap rakyatnya. Ini suatu tindakan yang damai, kami hanya berkunÂjung untuk mengawasi, dan memastikan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta berlangsung dengan damai, adil, dan demokrasi. Kalau kami diintimidasi oleh negara dengan cara diusir dan ditangkap, ini jadi pelanggaran besar bagi demokrasi.
Justru alasan Kapolri melarang massa masuk Jakarta lantaran dikhawatirkan akan menimbulkan aroma intimidasi di TPS. Tanggapan Anda?
Justru alasan Kapolri melarang massa masuk Jakarta lantaran dikhawatirkan akan menimbulkan aroma intimidasi di TPS. Tanggapan Anda?Kami jamin peserta yang ikut Tamasya Al Maidah tidak akan mengintimidasi warga yang menggunakan hak pilihnya. Massa yang datang nantinya hanya memantau, tetapi tidak masuk ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mereka akan meÂmantau dari jarak 20 meter, sehingga warga juga tidak perlu khawatir.
Lantas kalau terjadi inÂtimidasi oleh peserta aksi bagaimana?Kalau ada intimidasi di temÂpat, tangkap saja. Misal ada 100 orang per TPS. Kalau masing-masing ada 2 orang melangÂgar komitmen, silakan saja serahkan ke aparat. Kami sudah ada komitmen, siapa pun yang melakukan intimidasi, justru kelompok kami sendiri yang akan menangkap menyerahkan ke aparat. Karena kami memang tujuannya mengawal, mengaÂwasi, supaya kemenangan tidak dicederai dengan kecurangan-kecurangan. Ini yang sangat tidak diinginkan.
Kalau mengawal dan menÂgawasi kan sudah ada petugas KPU, Panwaslu, dan saksi-saksi dari tiap paslon?Walaupun sudah ada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan sebagainya, kami mensinyalir ini belum cukup kuat. Kami mau lebih kuat lagi, supaya demokrasi kita ini tidak dicedÂerai oleh hal-hal yang tidak kita inginkan.
Kami kasih tahu, dalam puÂtaran sebelumnya kami meÂnemukan beberapa kasus inÂtimidasi terhadap warga ketika menggunakan hak pilihnya, tapi dibiarkan oleh petugas TPS. Makanya kami datang untuk mendukung para aparat, supaya berani menindak.
Caranya?Kalau massa menemukan inÂtimidasi atau kecurangan, kami minta untuk sorakin biar malu. Selain itu, massa juga diminta mendokumentasikan intimidasi atau kecurangan yang ditemuÂkan. Tujuannya supaya bisa dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK), sebagai barang bukti kelak.
Perkiraan, berapa banyak yang akan mengikuti aksi ini?Perkiraan 1,3 juta orang.
Massa berasal dari wilayah mana saja?Yang sudah konfirmasi dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Kalimantan juga. Dari Ciamis ada 500 orang yang sudah berjalan kaki.
Berapa banyak massa yang diperkirakan akan menginap di Jakarta, untuk melakukan aksi tersebut?Diperkirakan akan ada sekitar 100 ribu orang yang mengiÂnap di Jakarta, untuk ikut aksi Tamasya Al Maidah. Mereka yang menginap akan ditampung di masjid-masjid dan rumah-rumah warga. Sementara para massa aksi yang berasal dari Jabodetabek, akan berangkat pada hari H.
Teknis Tamasya Al Maidah ini nantinya seperti apa?Setelah para peserta siap, mereka akan digerakkan ke sejumlah TPS yang lokasinya berdekatan dengan masjid, atau musala tempat mereka menginap.
Mereka akan memantau jalannya pemungutan suara di sana dari jauh. Mereka datang, duduk, melihat sambil melakuÂkan dokumentasi, baik melalui foto atau pun video, hingga proses perhitungan suara di TPS selesai.
Setelah itu?Setelah Tamasya Al Maidah berjalan sesuai rencana, massa akan dikumpulkan di Masjid Istiqlal terlebih dahulu. Usai salat Maghrib berjamaah, massa kemudian akan meningÂgalkan Jakarta dan kembali ke kota masing-masing dengan tertib. ***