Berita

Ilustrasi/net

Pertahanan

Jangan Sampai Guru Tularkan Intoleransi Ke Anak Didik

SELASA, 28 MARET 2017 | 19:39 WIB | LAPORAN:

Bahaya radikalisme di dunia pendidikan harus menjadi isu yang diperhatikan lebih serius. Lingkungan pendidikan harus menjauhkan anak dari berbagai bentuk kekerasan dan pemaksaan pemahaman pada kebenaran tunggal.

Demikian disampaikan jurubicara Aliansi Masyarakat Sipil untuk Konstitusi (AMSIK), Henny Supolo, dalam Konferensi Pers AMSIK bertema Darurat Pendidikan Indonesia atas Menguatnya Permusuhan Berdasar Agama, di Tjikini 5 Cafe, Jakarta, Selasa (28/3)

Hal ini berangkat dari peredaran video yang melibatkan anak-anak berseragam SD mengangkat panji-panji anti-kebhinnekaan. Selain itu, heboh surat intimidasi pengkafiran siswa SD oleh teman sekolahnya.

Dia mengatakan, dalam situasi dunia pendidikan di mana kebencian terhadap agama dan etnis yang berbeda ditunjukkan oleh anak-anak, ada kesan guru-guru menyalahgunakan kekuasaan atas anak didiknya untuk mengkampanyekan pemahaman agama yang intoleran.

Karena itu, Henny mendorong para guru dan orang tua bersama-sama mengambil tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan tujuan pendidikan, yakni kemerdekaan berpikir. Hal itu juga yang diajarkan bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.

"Justru guru dan orang tua harus mengajak anak-anak mengembangkan kemampuan kritis dan bekerjasama di tengah perbedaan, sehingga dalam kebebasannya anak-anak bisa menemukan kekuatan diri dan lingkungannya dan siap menyongsong masa depan dengan rasa damai,” ujanya.

Ia juga berharap agar narasi damai dan hal-hal baik mulai lebih banyak disebar di media sosial sehingga berpengaruh positif pada anak-anak generasi penerus bangsa. [ald]

Populer

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

Gibran Tidak Layak dan Tidak Boleh Dilantik Menjadi Wakil Presiden

Sabtu, 21 September 2024 | 08:09

UPDATE

Masuk Komite III DPD, Komeng Bakal Perjuangkan Hari Komedi Nasional

Selasa, 01 Oktober 2024 | 14:04

Kadis Pendidikan Polman Diduga Arahkan Guru Dukung Paslon Tertentu di Pilkada

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:57

KPU Harusnya Beberkan Rekam Jejak Dewan Bukan Umur

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:53

IKI Indonesia Naik ke Level 52,48 per September 2024

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:47

Iran Tolak Kirim Tentara ke Lebanon, Optimis Hizbullah Kuat Lawan Israel

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:46

Hilgers dan Reijnders Resmi Jadi WNI, Sepak Bola Nasional Makin Maju

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:44

Fokus Perjuangkan Hari Komedi, Komeng Ogah Jadi Pimpinan DPD

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:20

Kekayaan Melonjak, Mark Zuckerberg Resmi Gabung Klub 200 Miliar Dolar Bareng Elon Musk

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:18

BPOM Ancam Cabut Izin Kosmetik Overclaim, Influencer Juga Bakal Dipanggil

Selasa, 01 Oktober 2024 | 13:07

Korban Banjir Nepal Tembus 193 Orang

Selasa, 01 Oktober 2024 | 12:59

Selengkapnya