Berita

Reza Indragiri Amriel/Net

Wawancara

WAWANCARA

Reza Indragiri Amriel: Pelaku Paedofilia Wajib Bayar Restisusi Lebih Dulu, Baru Deh Dihukum Mati

SENIN, 27 MARET 2017 | 08:39 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Ahli psikologi forensik ini mendesak penegak hukum mem­buka indentitas dan wajah pelaku kasus kejahatan seksual kepada anak. Dia mengusulkan, agar pelaku paedofilia langsung saja dihukum mati, tak perlu dikebiri. Berikut penuturan lengkapnya:

Kenapa anda mengusulkan hukuman mati dibandingkan dengan hukuman kebiri ke­pada pelaku paedofilia?
Daripada habis stamina me­mikirkan pelaku, lebih baik kita memikirkan korban. Supaya urusan pelaku selesai ya dihu­kum mati saja. Hukuman mati juga merupakan langkah yang konsekuen dengan penetapan status darurat, konsekuen den­gan penetapan status kejahatan luar biasa.

Lho alasannya apa?

Lho alasannya apa?
Kebiri tidak hanya sekali, kebiri supaya mujarab harus dis­untikan berkali-kali. Saya tidak rela uang pajak saya dipakai hanya untuk memberikan sunti­kan kebiri berulang kali kepada predator. Tidak hanya huku­man mati, pelaku juga punya kewajiban membayar restisusi (ganti rugi). Jadi bayar dulu ganti ruginya, baru deh dihukum mati. Selain itu kepolisian juga membuka muka dan identitas para pelaku, agar masyarakat bisa mengetahuinya.

Kenapa tidak direhabilitasi saja dahulu?

Kalau pun dipaksakan harus ada rehabilitasi mari kita ber­tarung, saya orang yang paling tidak yakin rehabilitasi itu mu­jarab buat orang paedofilia. Oleh sebabnya sejak dulu lembaga kami menggarisbawahi, tidak perlu kebiri, langsung hukuman mati saja.

Karena kebiri hanya membuat orang lebih buas, dalam banyak kejahatan seksual, termasuk ke­jahatan seksual kepada anak. Jadi persoalan yang hakiki itu bukan pada alat kelaminnya, tapi pada otaknya, pada pemikirannya. Nah untuk mengubah pemikiran ini susahnya luar biasa.

Kalau Anda bersikap seperti Anda bisa dituduh melanggar HAM?

Kalau ada pegiat HAM yang menolak hukuman mati kepada predator, saya mengajak mereka untuk memikirkan HAM-nya kepada korban. Riset mem­buktikan perlakuan yang tegas kepada pelaku kejahatan seksual kepada anak itu memberikan efek kesembuhan kepada para korban. Karena dengan begitu para korban jadi mengetahui bahwa ternyata hukum berpihak kepada mereka. Dan mereka sendiri merasa tidak diasingkan. Itu jelas membantu pemulihan mereka.

Mengenai desakan untuk membuka wajah dan iden­titas pelaku itu bagaimana perlakuannya ketika pelaku paedofilinya anak di bawah umur?

Tidak usah khawatir, kalau pelakunya anak di bawah umur, sesuai Undang-Undang SPPA (Sistem Peradilan Pidana Anak) identitas anak harus ditutup. Jadi tenang saja, polisi pasti tahu per­sis yang mana yang harus dibuka mukanya, dan yang mana yang mesti ditutup. Kalau pelakunya orang dewasa pasti indentitas pelakunya dibuka.

Oh ya terkait kasus grup fa­cebook predator anak official loly candy's kan ada anak-anak yang menjadi pelakunya. Apa sih yang menjadi penyebab utama sehingga mereka men­jadi pelaku paedofilia?
Mereka sudah terpapar seks sejak dini. Jadi terjadi sexualiza­tion behavior atau seksualisasi perilaku. Perilakunya jadi serba ngeseks.

Baca buku porno, lihat on­line porno, mastrubasi, sampai kontak seksual secara terbuka. Jadi hati-hati jika punya adik di rumah tiba-tiba jadi ngomong jorok. Tidak menutup kemung­kinan karena sudah terpapar seks.

Berdasarkan riset anda, dari mana sih biasanya anak-anak itu mendapatkan konten pornografi?
Hari ini kalau bukan karena teman sejati kita (gadget, red) ini. Kita tidak niat nonton si­tus porno pun, pop-up, kalau bukan situs judi ya situs porno. Memang sejumlah riset bagi orang yang sudah mengalami sexualization behavior tidak hanya berubah perilakunya, tapi dia juga struktur dan cara kerja otaknya juga berubah. Kita sepa­kat dengan itu, makanya proses rehabilitasinya susah.

Lantas seseorang yang men­jadi pelaku maupun korban bisa sembuh nggak?
Sembuh atau tidak sembuh. Berdasarkan hasil risetnya, ke­banyakan paedofilia itu situsion­al. Jadi bukan murni orang yang memiliki ketertarikan seksual kepada anak.

Tapi lebih karena faktor situ­asi, misalnya takut lawan sek­snya hamil, takut kena penyakit menular, digerebek Satpol PP dan seterusnya. Jadi dia pilih untuk menyalurkan hasratnya ke anak-anak. Karena faktor situasi, maka kata sembuh menjadi yang relevan.

Anda punya saran untuk para orang tua agar anak-anaknya jangan sampai men­jadi pelaku atau korban pae­dofilia?

Barangkali kekeliruan terbesar datang dari kita sendiri. Pertama kita tidak memberikan edukasi yang benar bahwa media sosial, internet adalah dunia yang penuh dengan casing.

Tidak hanya orang baik saja di sana. Tapi ada juga orang jahat di sana. Seperti halnya update status sedang pergi ke mana. Lalu up­date status sedang pergi ke pantai menggunakan bikini. Terlihatnya elok kan, keluarga harmonis. Tapi tanpa sadar orang-orang berpikiran jahat dengan melihat tubuh anak dibiarkan terbuka. Garis bawah, integritas tubuh anak ternyata sesuatu yang tidak bisa dilepaskan sama sekali dari edukasi bermedsos yang baik. Integritas tubuh anak, bahwa tubuh adalah pemberian Tuhan yang harus dijaga. Kalau ada intervensi, harus dianggap se­bagai ancaman, sebagai bahaya. Ketika ada bahaya, nak ceritakan kepada ayah bunda. Itu integritas tubuh. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya