. Salah satu karakter moderasi Islam adalah memastikan visi rahmatan lil 'alamin, tidak hanya berhenti dalam ucapan dan jargon semata, melainkan menjadi tindakan nyata. Visi rahmatan lil 'alamin dalam konteks keindonesiaan adalah menjadi pengawal Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian disampaikan intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), Zuhairi Misrawi dalam rilis yang diterima redaksi, Sabtu (25/3).
Menurut Zuhairi Misrawi, penulis buku Al Quran Kitab Toleransi ini, kita perlu mengambil jarak, bahkan mengusir mereka yang selama ini mempunyai ideologi dan pemikiran yang dapat mengancam eksistensi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
"NU dan Muhammadiyah merupakan rujukan utama umat Islam Indonesia dalam mengambil kebijakan strategis kebangsaan. Bukan ormas atau calon gubernur yang mengancam kebangsaan yang menjadi rujukan," ungkap Zuhairi Misrawi.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah yang juga peneliti senior di LIPI, Ahmad Najib Burhani mengatakan, bila melihat beberapa fenomena belakangan ini seperti berbagai aksi intoleransi terhadap minoritas, mudahnya mem-bully secara berjamaah kepada mereka yang berpandangan berbeda, dan terjadi konflik keagamaan hanya karena persoalan sepele, ada kekhawatiran bahwa Islam moderat di Indonesia itu sudah goyah.
"Tindakan intoleransi, diskriminasi, dan bigotry memang bukanlah masuk kategori terorisme, namun itu bisa menjadi awal dari perilaku yang bisa berujung pada terorisme," jelasnya.
Ancaman melemahnya Islam moderat, lanjut Najib, juga bisa dilihat dari penyebaran otoritas keagamaan dengan kehadiran dai dan mubalig instan, infiltrasi pandangan non-wasathiyya ke NU dan Muhammadiyah, masuknya berbagai gerakan keagamaan transnasional dengan agenda yang bertentangan dengan semangat untuk hidup dalam masyarakat majemuk, serta instant-learning agama karena media sosial dan teknologi informasi lain.
"Jika tak sadar dan waspada, kegagalan Islam moderat atau islam rahmatan lil alamin bukanlah sesuatu yang mustahil," tegas Najib Burhani.
Ditambahkannya, Nabi Muhammad SAW berpesan,
laisa minna man lam yarham saghirana walam yuwaqqir kabirana, (bukanlah bagian dari umatku mereka yang tak menyayangi yang lebih kecil/ lemah/minoritas dan mereka yang tak menghormati yang lebih besar/tua/mayoritas).
Dalam rilis yang sama, pengurus PWNU Jakarta, Taufik Damas ikut menambahkan, Islam diturunkan untuk saling menyayangi, bukan untuk saling membenci.
"Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad agar manusia bisa menjalani hidup dan mengayomi orang lain. Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan kebencian dan permusuhan. Islam diturunkan Allah untuk mencintai dan menyayangi, bukan untuk membenci," tukas Taufik Damas.
[rus]