Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengkritik strategi pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Jokowi.
Menurut Kwik, seharusnya pembangunan infrastruktur di Indonesia dilakukan secara goÂtong royong dan penggunaannya diberikan cuma-cuma kepada masyarakat. Bukan diobral kepaÂda asing, sementara masyarakat pengguna diharuskan membaÂyar jika ingin menggunakan infrastruktur tersebut. Berikut penuturan lengkap Kwik Kian Gie kepada Rakyat Merdeka:
Bagaimana Anda melihat kebijakan Presiden Jokowi dalam merealisasikan pemÂbangunan infrastruktur?
Sekarang kan infrastruktur ini Pak Presiden Joko Widodo sangat mengandalkan pada inÂvestasi asing. Nah investasi asingnya tidak langsung masuk, sebab investor atau pengusaha yang punya modal kalau mau menanamkan pada sesuatu, itu kan dia mesti memperoleh laba dan laba itu harus tinggi sesuai kemauannya dia.
Sekarang kan infrastruktur ini Pak Presiden Joko Widodo sangat mengandalkan pada inÂvestasi asing. Nah investasi asingnya tidak langsung masuk, sebab investor atau pengusaha yang punya modal kalau mau menanamkan pada sesuatu, itu kan dia mesti memperoleh laba dan laba itu harus tinggi sesuai kemauannya dia.
Maksudnya... Nah ukurannya laba yang cukup itu apa. Kalau dia punya modal dia pasti lihat, 'kalau saya invest infrastruktur di Indonesia dapat berapa', 'kalau saya invest pabrik makanan di Vietnam berapa'. Jadi infrastruktur diadu dengan barang. Jadi kalau perlu investor itu akan membandingÂkan, 'kalau saya membangun pabrik BH di Vietnam lebih untung atau tidak?'. Jadi inÂfrastruktur diadu dengan barang macam-macam itu.
Jadi Anda mau mengataÂkan sesungguhnya investasi di proyek infrastruktur itu kurang 'seksi' dibandingkan industri consumers goods? Sebenarnya yang saya artiÂkan adalah infrastruktur itu di mana-mana, diinvest dibuat oleh pemerintah dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk rakyat tanpa meÂmungut bayaran. Di mana-mana kan seperti itu (tidak bayar), itu kan barang publik. Tapi di sini kok ditawarkan kepada investor swasta asing maupun domestik terutama asing dengan motif carilah laba dengan infrastruktur di Indonesia.
Karena itu tarifnya pemerintah kan harus membatasi, sebab kaÂlau tarifnya dia dipasang tinggi, rakyatnya teriak. Tapi kalau tarifnya rendah maka laba yang akan diperoleh kurang. Makanya asing tidak datang-datang.
Saat ini kita kadung banyak mengalokasikan duit APBN untuk membangun proyek infrastruktur besar-besaran. Apa itu nanti menguntungkan tidak bagi kita? Tergantung, jika nanti inÂfrastrukturnya jadi, misalnya kita ambil contoh seperti yang kita paham, jalan tol, terganÂtung. Jalan tol itu tarifnya beraÂpa yang diatur pemerintah, nanti dia tinggal hitung, gampang sekali itu. Kalau tarif tol sekian, perkiraan yang akan digunakan sekian, saya dapat uang masuk sekian, biayanya sekian, menarik tidak. Kalau itu tidak menarik, saya tidak mau invest, karena di negara lain, di sektor lain lebih menguntungkan.
Dalam hal ini siapa yang diuntungkan kita atau invesÂtornya? Buat Investornya.
Lantas keuntungan apa yang didapat negara ini? Indonesianya juga dapat keÂuntungan karena ketambahan jalan.
Terus untuk rakyat yang tidak menikmati jalan itu? Nah, akan tetapi jalan raya yang nyaman itu tidak mensejahterakan rakyat jelata. Sedangkan yang aneh, di Amerika sebagai negara yang kapitalis mereka menggratiskan jalan tol. Padahal mereka lebih paham dari kita soal pendapatan yang lebih penting untuk negara dan sebagainya.
Berarti, menurut Anda seÂharusnya jalan tol di Indonesia itu gratis? Menurut saya seharusnya tidak bayar. Sejak dulu seharusÂnya tidak. Yang namanya barang publik itu seharusnya disediakan cuma-cuma. Pembiayaannya juga prinsip Indonesia, yakni gotong royong. Jadi pembiyaan yang paling dasar dari Indonesia adalah gotong royong. Kalau itu dibiayai dari pajak, itu kan naÂmanya gotong royong. Yang kuat bayar pajak lebih, yang kurang, kurang. Tetapi penggunaannya rata secara cuma-cuma.
Bagaimana dengan sektor lainnya? Kalau sektor selain infrastrukÂtur kita lihat sendiri seperti konÂsumsi real estate, semua swasta-swasta sudah besar-besaran baik asing maupun domestik.
Kenapa bisa lebih menarik ketimbang proyek pembanguÂnan infrastruktur? Karena di situ bebas. Di situ pembentukan harganya komÂpetitif persaingan. Itu pun belaÂkangan ini kan agak seret.
Kenapa? Karena banyak komentar para investor itu banyak yang belum menentu, banyak yang belun menentu di Indonesia.
Yang membingungkan, menÂcuatnya korupsi yang begitu hebat. Nah kemudian ditambah lagi dengan percaturan geopoliÂtik, kecenderungan itu nanti dulu lah. Ini dampak Trump apa, dampak dari Brexit apa. ***