Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Terusan Kra Bukan Ancaman Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

SENIN, 20 MARET 2017 | 06:53 WIB | LAPORAN:

Indonesia tak perlu khawatir berlebihan karena lalu lintas pelayaran internasional yang menghubungkan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik tak lagi melintasi Selat Malaka, tapi beralih ke sebuah terusan atau kanal di Kra Isthmus, Thailand.

Direktur Maritim Research Institute (Marin Nusantara), Makbul Muhammad menjelaskan, pembangunan terusan Kra adalah sebuah keniscayaan. Apalagi pemerintah China sedang merencanakan pembangunan sebuah terusan atau kanal di Kra Isthmus, sepanjang 100 kilometer yang menghubungkan Laut China Selatan, Teluk Thailand dan Samudera India.

"Ingat bahwa teknologi selalu bergerak maju dan sulit untuk dibendung, begitupun dengan terobosan inovasi dan teknologi dalam dunia pelayaran internasional yang terus didesak dengan kebutuhan kecepatan hilirisasi logistik  internasional," ujar Makbul kepada media, Senin (20/3).

"Tidak sepenuhnya juga kok pelayaran internasional akan beralih, dengan jumlah  219 kapal per harinya yang melewati Selat Malaka, maka tentu Selat Malaka masih menjadi pilihan pelayaran internasional," terang Makbul, menambahkan.

Ia mengajak semua pihak untuk melihat Selat Malaka dari dua dimensi. Pertama, dimensi ekonomi yaitu pemanfaatan posisi strategis Selat Malaka yang dilalui rata-rata 80 ribu kapal per tahunnya bisa memberi efek ekonomi kepada Indonesia.

"Selama ini kan tidak ada aktivitas ekonomi terhadap pelayaran internasional di Selat Malaka oleh Indonesia," ujarnya.

Keuntungan ekonomi justru dimaksimalkan oleh negara tetangga Singapura yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan pelayaran dengan pelabuhan transhipment berstandar ISPS Code.

"Jika dianalogikan Selat Malaka adalah jalan tol di darat," tuturnya.

Kemudian dimensi Geopolitik, menurut dia, dengan Selat Malaka seolah Indonesia memiliki posisi tawar menjadi penentu bagi percaturan geopolitik kontemporer.

Memang diakuinya posisi strategis suatu negara bisa mempengaruhi kedudukannya dalam konteks pergaulan internasional. Tapi kekuatan ekonomi dan politiknya suatu negara sangat menentukan percaturan geopolitik dunia saat ini.

"Nah dengan kekuatan ekonomi dan politik inilah serta bonus geografi dan demografi yang menjadi landasan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia," tegas Makbul.[wid]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya