Berita

Foto/Net

Nusantara

Kurikulum SMK Harus Diubah Agar Lulusan Tidak Pengangguran

JUMAT, 17 MARET 2017 | 11:55 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Sekitar 80 persen peserta pendidikan dan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikelola pemerintah merupakan pengangguran berijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini terjadi karena kurikulum yang dijalankan di SMK 70 persenya masih normatif dan adaptif (teoritis), sementara praktiknya baru 30 persen.

"Ya akibatnya lulusan SMK tidak mempunyai keahlian sehingga harus menganggur," kata Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalatas), Kementerian Ketenagakerjaan, Bambang Satrio Leleno, Jumat (17/3).

Menurut Bambang, di negara-negara yang industinya maju seperti Jerman, Austria, Jepang pendidikan kejuruan (vokasi) kurikulumnya 70 persen praktik, sementara teorinya cuma 30 persen. "Lulusan pendidikan vokasi di luar negeri pasti sudah ahli di bidangnya sehingga langsung kerja," kata alumnus Fisipol UGM, Yogyakarta ini.


Bambang mengatakan, kurikulum pendidikan di negara-negara yang industrinya maju umumnya link and match dengan dunia industri.

Karena itulah, kata dia, umumnya di negara-negara yang industrinya maju tidak BLK. "Coba ke Jerman, di sana tidak BLK seperti kita di sini. BLK justru adanya di lembaga pendidikan karena harus link and match," sambungnya.

Untuk itu, Bambang meminta pihak Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) agar sudah saatnya mengubah kurikulum pendidikan vokasi di Indonesia. "Harus segera link and match. Aneh lulusan SMK malah tidak mempunyai keahlian dan harus menganggur," kata dia.‎

Menurut Bambang, banyaknya lulusan SMK tidak mempunyai keahlian karena kualitas guru hampir seluruh SMK di Indonesia rendah. Karena itulah, tahun 2017 ini Kemdiknas mendidik dan melatih sebanyak 15 ribu guru SMK agar menjadi produktif dan kompeten. "Harapannya ke depan lulusan SMK kita siap kerja, lanjutnya.

Bambang menambahkan, saat ini sebanyak 303 BLK yang dikelola pemerintah, dimana sebanyak 17 unit BLK yang dikelola Kemnaker, dan sebanyak 284 unit dikelola pemerintah kabupaten/kota dan provinsi.

Ia mengatakan, dari 284 BLK yang dikelola pemerintah daerah ini sebanyak 38 buah tidak beroperasi karena rusak. Jadi yang operasional sebanyal 246 unit. Dari 246 BLK yang beroperasi ini sebanyak 65 unit dalam kondisi bagus, 116 kondisi sedang dan 65 unit kondisinya buruk.

"Keberadaan BLK ini sangat penting untuk mendidik dan melatih penganggur. Kita inginnya BLK-BLK itu diperbaiki namun dana untuk itu tidak memadai," pungkas Bambang. [rus]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya