Berita

Foto: RMOL

Nusantara

Warga Bukan Tolak Menyalatkan Jenazah Nenek Hindun, Tapi..

RABU, 15 MARET 2017 | 19:14 WIB | LAPORAN:

Musala Al-Mukminun yang berlokasi di Jalan Karet Karya III No. 13, RT. 008/05, Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, hanya berjarak 20 meter dari kediaman nenek Hindun (78).

Musala berukuran 10x10 meter itu, sanggup menampung lebih kurang 100 jemaah. Aktif saat memasuki salat lima waktu. Terutama, bagi warga yang ingin melaksanakan salat lima waktu.

Beberapa waktu lalu, terdapat poster bertuliskan pesan larangan bagi warga setempat yang meninggal dunia. Khususnya, warga yang mendukung dan membela terdakwa penista agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).


"Nggak ada yang tahu ada spanduk larangan. Siapa yang pasang juga nggak tahu. Sekarang sih sudah dicopot. Kalau sebelum Mak (Hindun) meninggal, masih ada," tutur anak sulung Hindun, Sudarsih yang tinggal serumah, Rabu (15/3).

Warga mengenal seorang tokoh agama, Ustadz Ahmad Syafi'i (Pi'i), yang biasanya menyalati jenazah di Musala tersebut.

Konflik sosial pun muncul, saat Hindun meninggal dunia pada Jumat (10/3) lalu. Saat itu, beberapa warga, termasuk Pi'i, melayat ke kediaman Hindun di RT. 009/05.

Pi'i juga sempat berbincang dengan warga yang duduk berdekatan dengan Santo, menantu Sudarsih dari anak sulungnya, Yeni.

Saat itu, Pi'i mengingatkan warga jika tidak ada tempat di musala Al-Mukminun untuk menyalatkan jenazah warga pendukung penista agama.

"Waktu itu, jenazah Mak (Hindun) sudah dimandiin, dibungkus (dikafanin). Dibantu warga juga. Tahu-tahu ustadz ngobrol ke warga, '(Pendukung Ahok) Nggak bisa disalatin di musala (Al-Mukminun). Nggak ada orang. Termasuk yang ini juga' sambil nyolek menantu saya (Santo)," ucap wanita beranak satu bercucu dua itu.

Mendengar hal itu, Santo lantas melaporkan apa yang didengarnya kepada Neneng, anak bungsu Hindun yang menetap di rumah yang sama.
 
Saat Neneng mencoba mengkonfirmasi, Pi'i pun mengatakan hal yang sama. Alasannya, tidak ada orang di musala yang bisa ikut mensalati.

"Padahal orang (lelaki) di rumah (Hindun) banyak. Masa iya tidak bisa disalatin di Musala. 'Udah di rumah aja' katanya gitu. Memang akhirnya disalatin di rumah. Dia (Pi'i) imamnya," tutur Sudarsih Kantor Berita Politik RMOL.

Terkait hal tersebut, Pi'i enggan berkomentar lebih lanjut. Menurutnya, polemik Nenek Hindun sudah selesai. Bahkan, saat ditemui tak jauh dari kediamannya di kawasan tersebut, Pi'i hanya bisa meminta maaf karena tidak bersedia memberikan keterangan apapun kepada wartawan.

"Aduh, maaf banget ya Mas. Saya tidak mau bicara ke wartawan lagi," timpalnya seraya pamitan.

Seperti diketahui sebelumnya beredar informasi simpang siur terkait kondisi sosial di lingkungan tempat tinggal Hindun.

Masyarakat, digeneralisir sepakat untuk tidak bersedia menyalatkan jenazah Hindun karena dianggap mendukung Ahok.

Ketika dikonfirmasi ke sejumlah tetangga Hindundari berbagai RT dan RW justru sebaliknya. Seperti diutarakan mantan RT 009/05, Sofyan Iskandar (65).

Menurutnya, di daerah pemukiman nenek Hindun terdapat tiga organisasi masyarakat yang di tempat lain, kerap berselisih. Antara lain, Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP).

"Di sini (Kelurahan Karet) ada tiga ormas. Ada Forkabi, FBR, dan PP. Tapi, akur-akur aja. Nggak ada kejadian kayak gini (konflik sosial). Jadi, tidak ada warga yang nolak nyolatin (mensalatkan). Saya dan warga lainnya ikut urus segala keperluan nenek Hindun. Solatin, siapin ambulans dan lainnya," demikian Sofyan.[wid]

 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya