Berita

Foto: RMOL/Pribadi

Ambassador Talks

Dubes Korut: Malaysia Lebih Percaya Informasi Pihak Ketiga

MINGGU, 12 MARET 2017 | 09:19 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

HUBUNGAN Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) atau Korea Utara dengan Malaysia memburuk setelah peristiwa kematian seorang pria warganegara Korea Utara di Bandara International Kuala Lumpur pertengahan Februari lalu.

Hubungan baik yang dibangun sejak tahun 1973 itu pun jatuh ke titik terendah. Malaysia mengusir Dutabesar Korea Utara, begitu juga sebaliknya. Malaysia melarang diplomat Korea Utara lainnya meninggalkan negara itu, begitu juga sebaliknya. Apakah hubungan kedua negara bisa lebih buruk lagi? Dan apa sebenarnya penyebab memburuknya hubungan baik kedua negara itu?

Kepada Teguh Santosa dari Kantor Berita Politik RMOL, Dutabesar Korea Utara untuk Indonesia, An Kwang Il, menjelaskan protes keras negaranya pada Malaysia yang dianggap tidak terbuka dalam pengusutan kasus kematian warganegara Korea Utara itu.

Sebelum insiden di KLIA, Korea Utara dan Malaysia memiliki hubungan yang baik. Apakah hubungan Korea Utara dan Malaysia bisa lebih buruk setelah kedua negara saling mengusir dutabesar dan menahan diplomat?

Saya percaya bahwa RRDK dan Malaysia harus bekerjasama menghadapi situasi yang pelik ini. Kami sama sekali tidak ingin hubungan kami dengan Malaysia menjadi lebih buruk lagi. Perlu ada upaya bersama untuk mengungkap kasus kematian warganegara kami di Kuala Lumpur agar menjadi jelas apa penyebab kematiannya.

Salah satu pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab adalah apakah benar yang tewas itu adalah Kim Jong Nam, yang disebut sebagai kakak tiri pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong  Un?

Warganegara kami yang tewas itu bernama Kim Chol, dan dia adalah pemegang paspor diplomatik. Dia sedang dalam perjalanan dinas. Kami sudah mengklarifikasi identitas warganegara kami yang tewas itu kepada pihak Malaysia, tetapi Malaysia lebih percaya pada informasi yang disampaikan pihak negara ketiga. Ini tidak baik.

Bagaimana dengan informasi yang mengatakan bahwa korban meninggal dunia karena dibunuh dengan menggunakan gas kimia VX yang sangat mematikan?

Penjelasan ini tidak meyakinkan sama sekali. Karakteristik gas kimia VX sangat kuat dan sangat mematikan. Apabila korban dibunuh dengan menggunakan gas kimia, VX bagaimana mungkin pelaku pembunuhan bisa selamat dan tidak terganggu sama sekali. Pihak kepolisian Malaysia juga tidak menemukan bukti dari gas kimia VX. Jadi soal gas kimia VX ini sangat konyol, dan kami tidak percaya itu.

Bila tidak ditemukan tanda-tanda gas kimia VX di tubuh kedua wanita yang disebutkan melakukan pembunuhan, bisa jadi dia (Kim Chol) diracun sebelumnya.

Kim Chol berada di Malaysia selama satu minggu. Kepolisian Malysia harus memeriksa semua tempat yang dikunjungi Kim Chol selama seminggu itu untuk mencari tahu dimana ia diracun. Bila ini tidak dilakukan, Citra Kuala Lumpur bisa terganggu dan dinilai tidak stabil juga tidak aman.

Jadi apa yang paling mungkin menjelaskan kematiannya?

Skenario yang paling mungkin terjadi kelihatannya adalah kematian akibat serangan jantung. Kepolisian Malaysia juga menemukan obat-obatan untuk jantung yang dimilikinya (Kim Chol). Kami pun punya catatan bahwa dia memiliki masalah jantung dan pernah mengalami gangguan jantung berat sebelumnya.

Tetapi kelihatannya Malaysia sangat yakin bahwa kematian itu karena sebab yang lain, bukan karena serangan jantung…

Awalnya Kedubes kami di Kuala Lumpur mendapatkan informasi dari Kementerian Luar Negeri Malaysia dan pihak rumah sakit tentang kemungkinan kematian akibat serangan jantung. Tetapi kemudian mereka mengubah pendapat itu setelah berkonsultasi dengan negara ketiga.

Bagi kami, hidup warganegara kami sangat berarti. Kami ingin agar tubuh korban dikembalikan ke kami, tetapi Malaysia tidak bersedia.

Apakah itu sebabnya Dutabesar RRDK, Kang Chol, di Malaysia menuduh Malaysia memanipulasi cerita tentang kematian warganegara Korea Utara?

Malaysia menolak Kedutaan kami terlibat dalam autopsi. Bahkan sampai meninggalkan Malaysia, Dutabesar kami (Kang Chol) tidak bisa melihat tubuh korban. Malaysia lebih percaya pada informasi-informasi yang diberikan oleh pihak ketiga.

Kepolisian Malaysia menangkap warganegara kami Ri Jong Chol. Awalnya Malaysia mengatakan bahwa Ri adalah master mind dari kejadian ini. Tetapi kemudian, mereka melepas Ri karena tidak bersalah. Polisi Malaysia sempat memaksanya untuk mengaku, dan mereka mempersiapkan dokumen palsu untuk ditandatangani.

Ini sebuah pelanggaran HAM yang sangat jelas.

Saat tiba di Beijing, setelah dideportasi, Ri menjelaskan hal ini secara terbuka.

Apakah Malaysia sama sekali tidak pernah mengajak pihak Korea Utara menyelidiki kasus ini?

Pemerintah Malaysia sempat meminta kami berkerjasama dengan mereka untuk menyelidiki kematian ini. Atas permintaan itu, pemerintah kami mengirimkan delegasi dari Pyongyang ke Malaysia.

Di hari pertama setelah tiba di Kuala Lumpur, mereka bisa bertemu dengan petinggi Kementerian Luar Negeri Malaysia. Tetapi setelah itu, pihak Malaysia tidak mau lagi menemui mereka dan melibatkan mereka.

Asosiasi Pengacara Korea Utara juga telah menyampaikan pernyataan terbuka bahwa apabila Malaysia membutuhkan, mereka siap bekerjasama dengan Malaysia untuk mengungkap kasus ini. Tetapi Malaysia menolak. [***]

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya