Berita

Politik

Aneksasi Alamiah

KAMIS, 23 FEBRUARI 2017 | 12:58 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

RABU, 22 Februari 2017, air belum surut sempurna. Ribuan korban banjir masi teracam berbagai bakteri.

Lumpur menempel di dinding-dinding rumah. Relawan Anies Sandi berjibaku menolong korban banjir. FPI bersiaga di posko-posko banjir. Ahok datang ke arena skateboard Kalijodo. Bawa seribuan massa prohok rasis dan bayaran. Ahoker Iwan Bopeng yang dicari-cari tentara tidak keliatan.

Ahok meresmikan taman itu. Simbol kemenangan pemelintiran rasio dan Sinarmas. Megawati Sukarnoputeri dan Duta Besar Singapura hadir. Janggal, upacara taman dihadiri Ketua Partai besar dan duta besar. Pasti ada signifikansi di balik acara ini.


Proyek aneksi alamiah dan kolonialisme bertahap sedang berlangsung. Klik Ahok terbuka bilang hendak "mengsingapurakan" Jakarta. Peresmian Taman Kalijodo semacam peletakan batu pertamanya. Mereka sukses galang opini. Bahwa penggusuran adalah benar.

Singapuranisasi tidak berarti proyek kota modern dengan beton. Singapuranisasi berarti aneksasi alami dan gradual.

Di masa lalu, Singapura bernama Tamasek. Masuk orbit kerajaan Palembang dan Sriwijaya. Pengaruh Majapahit juga terasa. Sekitar abad 14, Sang Nila Utama jadi raja, belum banyak orang Tionghoa di sana.

Pelan-pelan, orang Tionghoa masuk. Saat ini jumlahnya 75 persen. Melayu jadi minoritas. Apalagi India Keling. Tionghoa menguasai ekonomi dan politik. Saking kuatnya dominasi Tionghoa, Malaysia harus melepas Singapura menjadi negara sendiri tahun 1963. Para penguasa Malaysia tidak berkutik. Mereka tidak ingin, dominasi Tionghoa meluas menguasai seluruh semenanjung Malaya.

Proses aneksasi alami dan gradual colonisation juga akan terjadi dengan proyek reklamasi. Pelan tapi pasti, beberapa generasi yang akan datang, Tionghoa akan menguasai Jakarta. Menguasai ibukota sama saja menguasai seluruh negeri. Bila daerah lain menolak ya rapopo. Minimal Jakarta bisa dikuasai. Pula reklamasi bisa tampung 2,5 juta orang. Ahok yang dibeking 5 persen Tionghoa lokal saja sanggup sedot 40 persen suara. Terlalu banyak komprador pribumi.

Persis zaman kolonial Belanda. VoC tidak datang untuk menjajah di fase awal. Mereka datang mencari rempah-rempah dan berdagang. Lama kelamaan, berkat bantuan komprador pribumi, mereka menguasai politik dan peradaban. Jangan biarkan NKRI dijajah kedua kalinya. Penjajahan itu dibuka dengan slogan pluralisme dan keberagaman. Jangan tertipu.[***]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya