Berita

Dr. Sutikno, SE., ME

Politik

Konflik Sunni-Syiah Di Sampang Rekayasa Muluskan Eksplorasi Migas

SENIN, 20 FEBRUARI 2017 | 21:01 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Konflik Sunni-Syiah di Sampang yang muncul awal Maret 2012 jadi bahan kajian akademisi Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Yang menarik perhatian, konflik yang sempat menjadi isu politik nasional dan mendapat sorotan dunia internasional itu dianggap sebagai rekayasa untuk kepentingan eksplorasi migas.

"Kasus itu bukan tidak ada kaitannya dengan cekungan migas Sampang. Begitu hasil kajian teman-teman tim UTM," ujar Wakil Dekan Bidang Akademi Fakultas Ekonomi UTM, Dr. Sutikno, SE., ME, dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema "Migas Untuk Rakyat?" di Ruang Sidang Utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Senin (20/2).

Sampang seperti daerah-daerah lainnya di Madura kaya akan migas. Sebelum konflik Sunni-Syiah di Sampang muncul, road map pengeboran sudah disiapkan. Salah satu lokasi yang akan dibor adalah lahan milik Sunandar, seorang penganut Syiah. Masalah muncul karena Sunandar menolak menjual lahannya. Penolakan juga disampaikan warga di sekitar pondok pesantren milik Sunandar.


"Padahal penanaman pipa gas sepanjang 2-3 km harus melewati Dusun Nangkernang. Agustus atau lima bulan sejak konflik Sunni-Syiah muncul atau dimunculkan, kelompok Syiah di Dusun Nangkernang benar-benar diserang warga Sunni. Sunandar bersama pondoknya dan juga masyarakat sekitar disebut penyebar aliran sesat. Mereka diserang karena takut Syiah berkembang di Sampang," katanya.

Relokasi sebagai cara menyelesaikan masalah memperkuat dugaan konflik tersebut sengaja direkayasa untuk memuluskan eksplorasi. Ketika itu rekomendasi agar dilakukan relokasi antara lain disuarakan oleh Amerika Serikat, Australia, dan Dewan HAM PBB.

"Kenapa kasus yang 'hanya' menelan satu korban jiwa itu tiba-tiba mendapat sorotan tajam Amerika, Australia, dan Dewan HAM PBB? Kenapa solusinya bukan didamaikan tapi relokasi? Warga Dusun Nangkernang benar-benar dipindahkan ke Sidoarjo," katanya.

"Pertanyaannya siapa yang menguasai bekas tanah mereka yang kaya minyak itu. Disinyalir ini memang semacam rekayasa yang sengaja ada kaitannya dengan migas. Kalau kita runut-runut orang yang direlokasi dari daerahnya itu menolak pengeboran," demikian Sutikno.[ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya