Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Senjata Baru Itu Bernama Medsos

KAMIS, 26 JANUARI 2017 | 05:10 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Keberadaan sosial media atau media sosial (medsos) saat ini layaknya sudah menjadi sebuah kebutuhan. Kelaziman sekarang, terasa ada yang kurang kalau belum mengupload atau mengecek akun medsos dalam sehari.

Kondisi ini pun mengubah bagaimana cara berkomunikasi pada era yang serba digital saat ini. Jika dahulu perkenalan selalu diiringi dengan pertukaran kartu nama, saat ini setiap bertemu orang baru cenderung bertukar alamat akun atau membuat pertemanan di medsos.

Bisa dipastikan, mayoritas pengguna smartphone pasti memiliki akun medsos di facebook, twitter, instagram, path dan sebagainya.


Pakar komunikasi menyebut pergeseran ini dengan istilah mediamorfosis. Adanya evolusi atau inovasi internet di bidang teknologi. Sehingga tidak hanya menyebabkan munculnya media baru berbasis internet, tapi juga melahirkan masyarakat jejaring.

Akibatnya, muncul fenomena baru di tengah masyarakat yaitu kebanjiran informasi. Masyarakat tidak hanya diikuti oleh informasi tapi juga sudah dikelilingi informasi. Informasi kini menjadi barang "murah", mudah didapat.

Medsos kini menjadi gelombang besar. Selain berfungsi sebagai informasi, bagi sebagian orang juga menjadi trend sebagai gaya hidup masa kini.

Pemanfaatan medsos juga telah berkembang semakin liar, dari yang awalnya bersosialiasi, menjadi arena peretarungan. Pertarungan ekonomi, politik dan sebagainya. Atau bisa menjadi corong informasi terhadap peristiwa terbaru yang menghadirkan "jurnalisme warga".

Dalam kemudahan ber-medsos, terdapat dampak positif dan negatifnya. Positif bagi pengguna yang menjalankannya dengan penuh pencerahan dan tanggung jawab. Dan negatif bagi pengguna yang "seenaknya" dan mengandung ujaran kebencian atau hate speech.

Mendos sebagai wadah penyebar informasi juga bisa sebagai pelindung sekaligus "pembantai" warga dunia maya.

Pengguna mendos harus cerdas, mesti hati-hati, dan penuh tanggung jawab. Jangan sampai mendos menjadi rujukan kegaduhan yang bisa menimbulkan perpecahan. Apalagi informasi di medsos bisa dengan cepat menggelinding dan terus membesar.

Artinya, keberadaan medsos di era sekarang bisa disebut sebagai senjata baru. Bisa menjadi senjata pelindung sekaligus sejata membunuh.

Untuk bijak menggunakan medsos ada berapa etika dan kode etik yang harus diingat.

Pertama, jangan mudah percaya alias harus kritis dengan postingan atau data di sosmed. Kedua, berfikir sebelum bertindak membuat postingan, menanggapi, atau menyebarkan. Ketia, jangan mudah terpancing dan emosi di medsos. Keempat, jangan mengandalkan sosmed sebagi tempat belajar dan menjadikannya sebagai sumber utama. Kelima, lakukan tabayyun atau konfirmasi terkait informasi yang beredar di medsos.

Apalagi saat ini, medsos dibanjiri oleh informasi bohong (hoax) dan fitnah. Dikhawatirkan, kalau hoax dan fitnah tidak segera ditangani makan akan menimbulkan kegaduhan, mencoreng kebhinnekaan dan merusak demokrasi.

Untuk menangkal hoax dan fitnah di medsos. Paling tidak ada tiga langkah yang mesti dilakukan. Pendidikan bermedsos, penegakan hukum, dan komitmen perusahaan medsos untuk menyaring informasi hoax dan fitnah.

Akhirnya, dengan perkembangan pesat ilmu dan teknologi internet seperti lahirnya medos saat ini, harus bisa memberi manfaat banyak, menumbuhkan kebersamaan, serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Bukan sebaliknya, membuat cerai berai, perpecahan, hingga menimbulkan permusuhan yang berkepanjangan.

Lewat medsos, mari tatap indahnya keberagaman Indonesia. [***]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya