Peternak berharap kebijakan pemerintah untuk menutup keran impor jagung pada tahun ini tidak mengganggu bisnis perunggasan. Peternak khawatir, pelarangan impor akan berdampak pada langkanya kebutuhan pakan ternak. Ujung-ujungnya harga pakan bisa naik.
Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) InÂdonesia Leopold Halim mengaÂtakan, salah satu beban peternak saat ini adalah bahan makanan untuk ternak.
Saat tidak ada larangan impor jagung saja harga pakan ternak sudah mahal apalagi jika impor jagung dilarang.
"Kalau ada kebijakan kita maunya harga pakan bisa rendah kalau bisa, karena harga makan ternak kita itu sudah mahal," ujar Leo saat dihubungi
Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia mengatakan, sudah perÂnah mempertanyakan kepada pengusaha pakan ternak tentang alasan harga pakan yang mahal. Jawaban yang didapat adalah pasokan jagung yang terbatas. Sebab, Kementerian Pertanian (Kementan) menutup keran impor dan pengusaha disuruh menyerap jagung lokal.
"Pengusaha pakan ternak diÂminta beli di pasar jagung lokal kalau nggak ada cari ke petani. Tapi, pas dicari ke petani mereka belum siap memenuhi kebutuhan besar pakan ternak," papar Leo.
Kondisi ini, kata dia, memÂbuat bingung pelaku usaha pakan ternak dan unggas. SeÂharusnya, penutupan keran imÂpor dibarengi dengan kesiapan petani lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika tidak, harga pakan bisa melonÂjak. "Kalau sudah begitu penÂgusaha bingung. Jadi kita harus gimana," cetusnya.
Untuk diketahui, jagung merupakan kebutuhan dasar seluruh lapisan peternak antara lain untuk pabrik pakan skala besar, peternak ayam mandiri, dan pabrik pakan skala kecil/menengah. Dengan populasi unÂggas yang semakin meningkat, maka kebutuhan jagung juga meningkat.
Saat ini harga pakan ternak ada di kisaran Rp 320 ribuan per 50 Kg. Namun harga tersebut tidak bisa dipukul rata karena terganÂtung dari usia ayam dan kandunÂgan proteinnya bahkan ada yang menjualnya dengan harga 242 ribu per 50 Kg. Untuk peternak biasanya minimum pembelian adalah pada ukuran 1 ton.
"Bagaimana para peternak mau maju kalau kebutuhan dasar seperti pakan ternak harganya mahal banget," tambah Leo.
Menurutnya, harga pakan terÂnak saat ini kemahalan. Bahkan di banding negara di ASEAN lainnya, harga pakan ternak Indonesia sangat mahal. "Bisa dicek berapa harga pakan terÂnak di Malaysia, Thailand, dan India," imbuhnya.
Direktur Program PascasaÂrjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Daryanto mengatakan, peÂmerintah harus bisa memenuhi kebutuhan jagung industri paÂkan ternak. "Keberlangsungan industri pakan ternak ini sangat penting mengingat unggas adaÂlah sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penurunan tajam impor jagung untuk bahan baku pakan ternak pada tahun lalu. Deputi Bidang Statistik Jasa dan Distribusi BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, impor jagung di periode Januari-November 2016 tercatat sebesar 900.000 ton. Sementara impor jagung di periode yang sama taÂhun lalu sebesar 3,02 juta ton.
"Jagung ini terjadi penuruan yang sangat signifikan di 2016. Di November bahkan hampir ngÂgak ada impor," jelas Sasmito
Dia merinci, impor jagung daÂlam 4 tahun terakhir sebelumnya cukup besar, antara lain 2012 sebesar 1,69 juta ton, 2013 sebanÂyak 3,19 juta ton, 2014 sebanyak 3,25 juta ton, dan 2015 sebesar 3,27 juta ton. Kendati begitu, Sasmito mengakui, ada kenaiÂkan impor gandum karena ada beberapa industri pakan ternak yang mengalihkan bahan bakuÂnya dari jagung ke gandum.
Impor gandum pada periode Januari-November 2015 sebesar 6,77 juta ton. Sementara impor gandum pada periode yang sama di tahun 2016 sebesar 9,79 juta ton.
Sebulumnya, Kasubdit Bahan Pakan Kementerin Pertanian Triastuti Andajani menegaskan, tidak akan memberikan rekoÂmendasi impor jagung untuk pakan ternak pada tahun ini. Alasanya, pemerintah telah meÂnambah luas areal penanaman jagung di lahan khusus seluas 2 juta hektare (ha).
Dengan begitu, diharapkan jagung yang dibutuhkan usaha pakan ternak bisa tercukupi. "Areal itu untuk kita manfaatkan dan sudah ada kerja sama unÂtuk penyerapan dan pembelian hasil panen jagung oleh pabrik pakan," ujar Triastuti.
Gabungan Perusahaan MaÂkanan Ternak (GPMT) meraÂmalkan produksi pakan ternak tahun ini adalah 18,5 juta ton, sehingga dibutuhkan jagung 9,25 juta ton. Sedang kebutuhan jagung peternak mandiri 3,6 juta dengan rata-rata 300.000 ton per bulan. "Perkiraan kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak adalah 12,85 juta ton atau rata-rata 1,1 juta ton per bulan," ujar Triastuti. ***