Berita

Foto/Net

Bisnis

Hipmi: Ada Upaya Asing Goyang Ekonomi Indonesia

JP Morgan Pangkas Peringkat Surat Utang RI
RABU, 04 JANUARI 2017 | 08:40 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mendukung langkah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang memutuskan kerja sama dengan JP Morgan Chase Bank, N.A. terkait dengan risetnya menurunkan peringkat surat utang Indonesia. Hipmi curiga, ada upaya asing menggoyang ekonomi Indonesia.
 
Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan, langkah JP Morgan sangat berbahaya karena berusaha menciptakan opini buruk untuk menggoyang perekonomian Indonesia. Kasus JP Morgan ini menunjukkan agresifnya pihak asing me­lemahkan stabilitas keuangan Indonesia.

"Mereka mau ciptakan opini negatif di luar tentang Indonesia agar stabilitas keuangan kita terganggu. Ujung-ujungnya mereka mau ambil untung dan menggoyang perekonomian na­sional," ujar Bahlil saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.


Seharusnya, JP Morgan tidak perlu dilibatkan dalam program tax amnesty sebagai bank persep­si karena risetnya yang selalu melemahkan posisi Indonesia.

Misalnya, kata Bahlil, pada Agustus 2016, JP Morgan minta investor asing mengurangi kepemilikan obligasi Indonesia. Selain itu, mereka juga mencip­takan opini prospek perekono­mian di Asia negatif karena ada kekhawatiran kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Untuk diketahui, sebelumnya, JP Morgan Chase Bank, N.A mengeluarkan riset yang menu­runkan peringkat surat utang atau obligas Indonesia dari over­weight menjadi underweight atau turun dua peringkat. Akhirnya, Kemenkeu pun memutuskan kerja sama dengan bank tersebut per 1 Januari 2017 karena hasil risetnya mengancam stabilitas perekonomian nasional.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, sudah mempelajari secara rinci hasil riset JP Morgan dalam rapat internal. Akhirnya, Kemenkeu putuskan mengakhiri kerja sama dengan bank tersebut.

"Kemenkeu terus menerus akan melakukan hubungan kerja sama dengan seluruh stakeholder, berdasarkan prinsip profesionalisme, akuntabilitas, bertanggung jawab termasuk terhadap kualitas hasil ker­janya," ujarnya saat jumpa pers di Gedung Kemenkeu, Jakarta, kemarin.

Dia menilai, riset yang dikelu­arkan oleh JP Morgan tidak ber­landaskan indikator yang tepat. Padahal, lembaga riset sangat penting peranannya dalam men­dorong perekonomian sebuah negara. Hasil yang dikeluarkan dapat mempengaruhi investor.

"Pemerintah akan melakukan perbaikan di dalam seluruh kebi­jakan ekonomi. Kalau memang masih kurang, kami akan terus perbaiki," ujar Sri Mulyani.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mendukung keputusan Menkeu yang memutuskan kerja sama dengan JP Morgan. "Itu langkah baik," katanya.

Bekas Gubernur Bank Indo­nesia ini juga mengaku, heran dengan hasil riset JP Morgan. Pasalnya, perekonomian Indo­nesia dalam keadaan stabil dan baik. Bahkan, Fitch Ratings me­naikkan ranking Indonesia.

"Kita baik-baik saja dalam penilaian para analis. Kalau ada komentar-komentar dan riset yang mengatakan sebaliknya, memang hak mereka. Tapi harus ada pertanggungjawaban men­genai kebenarannya," katanya.

Karena itu, dia mempertanya­kan, standar penilaian riset JP Morgan yang menurunkan per­ingkat surat utang Indonesia.

Kepala Badan Koordinasi Pe­nanaman Modal (BKPM) Thom­as Lembong mengatakan, riset adalah hal yang biasa. Menurut­nya, Indonesia harus menjaga momentum reformasi yang men­ingkatkan kinerja ekonomi agar peringkat Indonesia selalu baik di lembaga riset lainnya.

"Aspek yang terangkat dari kejadian ini adalah bahwa per­ingkat suatu negara itu relatif. Jadi kita selalu akan dinilai oleh lembaga riset itu relatif dengan negara lain," jelas Lembong.

Menurut bekas Menteri Per­dagangan ini, jika Indonesia mampu menunjukkan kinerja ekonomi yang baik, maka inves­tor akan selalu optimis dengan pasar investasi di Indonesia. Saat ini, kata dia, yang terpent­ing adalah menjaga fundamental ekonomi.

"Kalau kita bisa bersaing mis­alnya dalam hal penghasilan de­visa, pasti penilaian dari investor bank internasional itu juga akan selaras," tukasnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya