Berita

Net

Bisnis

Dipertanyakan, Untung Rugi Memutus Kemitraan JP Morgan

SENIN, 02 JANUARI 2017 | 22:57 WIB | LAPORAN:

Parlemen belum mengetahui motif pasti langkah Kementerian Keuangan memutus kemitraan dengan JP Morgan Chase Bank N.A. sebagai bank persepsi dalam program pengampunan pajak (tax amnesty).

"Sudah dihitung benar-benar atau belum oleh Kemenkeu, apakah lebih banyak merugikan," kata anggota Komisi XI DPR RI Refrizal saat dihubungi, Senin malam (2/1).

Dia mengaku setuju jika kontrak dengan JP Morgan lebih banyak merugikan keuangan nasional selama ini.  


"Kalau memang lebih banyak merugikan ya lebih baik diputus," ujar Refrizal.

Apalagi, pemerintah perlu kehati-hatian dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan asing di sektor perbankan.

"Zaman sekarang kita harus hati-hati juga. Semua dokumen bisa bocor, mana yang bisa jaga rahasia negara," jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.

Ditambahkan Refrizal, pemerintah tidak perlu menjali kerja sama baru dengan bank asing setelah mendepak JP Morgan. Bank-bank di dalam negeri juga dapat dijadikan sebagai pengepul tax amnesty, asalkan memiliki kinerja baik dan diawasi secara ketat.  

"Itu sudah cukup, kalau kita mampu memang sendiri saja. Tapi memang harus diawasi, jangan mentang-mentang kita tidak pakai asing nanti korupsinya tinggi. Jangan aneh kalau banyak yang kaya mendadak," imbuhnya.

Kementerian Keuangan memutuskan hubungan kemitraan dengan JP Morgan Chase Bank N.A. sebagai bank persepsi dalam program tax amnesty mulai 1 Januari 2017. Langkah itu diambil terkait hasil riset JP Morgan yang dinilai mengganggu stabilitas keuangan nasional.

Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Marwanto Harjowiryono telah mengirimkan surat kepada Direktur Utama JP Morgan Chase Bank, N.A. di Jakarta  pada tanggal 9 Desember lalu.

Sebelumnya, dalam situs Barrons Asia, riset JP Morgan Chase Bank N.A. melakukan downgrade rating atas Indonesia dan Brazil. Lembaga itu menilai, dengan imbal hasil obligasi Amerika Serikat lebih bagus maka bisa menarik aliran modal sekaligus membuat premi risiko negara berkembang meningkat. [wah]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya