Ilmuwan diaspora Indonesia pengajar di Warren Wilson College Asheville North Carolina Profesor Siti Kusujiarti memberikan kuliah umum di Universitas Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah.
Dalam kuliah umum bertema 'Penjajagan Kerja Sama Penelitian dan Penerbitan' pemaparannya Profesor Siti memberikan tips agar dapat memahami dan membuat penelitian dan publikasi jurnal internasional dengan tepat.
"Saya datang agar yang ada di sini dapat terus berusaha membuat penerbitan jurnal internasional. Dan saya akan memfokuskan ke hal itu," ujarnya, Rabu (21/12).
Menurut Profesor Siti, dalam membuat penelitian maupun jurnal internasional, salah satu kendala adalah faktor bahasa. Karena perbedaan sistem dan cara kerja maka para peneliti di Tanah Air perlu terus berusaha dalam pengkayaan kosa kata bahasa internasional, salah satunya bahasa Inggris.
"Karena bahasa adalah untuk akses referensi, struktur penulisan, alur berpikir, waktu untuk penulisan, revisi dan menunggu review, terus juga adanya penolakan. Kalau sudah seperti ini jangan putus asa, terus komunikasi dengan editor. Terus juga tantangannya ada faktor biaya," bebernya.
Hal paling utama dan mendasar dari sebuah penelitian dan penerbitan jurnal internasional juga dipaparkan oleh Profesor Siti.
"Ketika akan membuat grand proposal dan etika dalam membuat penelitian, harus merasa kenapa penelitian ini penting. Untuk penerbitan jurnal internasional fokusnya harus jelas, paragraf pertama harus disebutkan fokus dan fokusnya belum dikupas oleh peneliti lain. Kita juga harus memikirkan pembaca artikel, regional mana, internasional dan tentunya harus relevan," jelasnya.
Selain itu, Profesor Siti juga mengingatkan bahwa sebelum menjalankan proses jurnal internasional harus jelas dulu metode yang akan dipakai. Juga ide utama dalam pertanyaan penelitian apa yang ingin dijawab melalui penelitian dan artikel yang ada. Masalah, ide dan fokus penelitian artikel harus dikemukakan dengan jelas.
"Jadi salah satu hal sebelum men-submit kita harus jelas dulu metode apa yang dipakai, teori apa yang dipakai. Kalau kita salah menulis jurnal akan ditolak, makanya itu harus hati-hati," demikian Profesor Siti.
Sebelumnya, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) mengundang sebanyak 40 ilmuwan diaspora Indonesia untuk berdiskusi mengenai penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama satu pekan para ilmuwan diaspora berada di Indonesia. Kehadiran ilmuwan Indonesia yang selama ini berkarir di negara lain dalam kegiatan Visiting World Class Professor yang diselenggarakan Kemenristekdikti. Salah satu agenda kegiatan adalah kunjungan ilmuwan diaspora ke beberapa perguruan tinggi. Diantaranya Universitas Soedirman, Universitas Lampung, Universitas Riau, Universitas Mataram, Universitas Mulawarman, Universitas Tanjung Pura, Institut Teknologi Del, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, dan Universitas Pattimura.
Mereka berdiskusi mengenai pengembangan keilmuan terkini, pembukaan peluang kerja sama. Dan yang paling penting paparan terkait penulisan jurnal ilmiah internasional.
[wah]