Pelaksanaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) sudah kelar dari seminggu lalu. Tapi, sayangnya nilai transakÂsinya di bawah target Rp 6,3 triliun. Selain itu, masih ditemuÂkan adanya diskon palsu. Panitia angkat tangan.
Direktur Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri mengatakan, tahun ini penjualan Harbolnas 2016 yang diikuti oleh 211 pelaku e-commerce itu tercatat Rp 3,3 triliun. Jumlah ini lebih tinggi Rp 1,2 triliun dibandÂingkan perolehan Harbolnas tahun lalu yang mencapai Rp 2,1 triliun.
Selain itu, terjadi kenaikan rata-rata penjualan hingga 3,9 kali untuk 211 e-commerce yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. "Faktor utama yang memengaruhi pembeli belanja di Harbolnas 2016 adalah diskon besar dan gratis ongkos kirim," papar Rusdy Sumantri di acara konferensi pers Pasca Harbolnas 2016, di Jakarta, kemarin.
Pada Harbolnas kali ini, tranÂsaksi tertinggi terjadi pada katÂegori fashion sebesar 68 persen persen, kemudian disusul oleh teknologi atau gadget.
Ketua Panitia Harbolnas 2016 Miranda Suwanto mengaku, tidak kecewa dengan tidak terÂcapainya target tersebut. Sebab, tujuan utama dari Harbolnas ini adalah mengajak konsumen untuk beralih ke belanja online. "Ternyata kalau dari hasil survei Shopback dan Nielsen itu tercaÂpai sih," ujarnya.
Menurut dia, tidak tercapainya target penjualan karena terjadinya perubahan pola konsumsi konÂsumen. Berdasarkan riset Nielsen, produk yang banyak dibeli adalah kebutuhan sehari-hari.
"Kalau dibandingkan gadÂget itu kan berbeda ya nilai produknya. Itu juga yang mungÂkin menyebabkan nilai transakÂsinya berbeda ya," ujar Senior Vice President Strategic PartnerÂship & Business Development Lazada Indonesia ini.
Diskon PalsuDiskon palsu masih ditemui di acara Harbolnas 2016. Miranda mengatakan, penyelenggara tidak berdaya menghadapi disÂkon palsu. Padahal, sebelum pelaksanaan Harbolnas, panitia sudah mengingatkan kepada peserta untuk tidak memberikan diskon palsu. "Kita sudah minta mereka untuk memberikan disÂkon sebenarnya," ujarnya.
Diskon palsu adalah penjualan menaikkan harga barangnya denÂgan sangat tinggi dan tidak masuk akal, kemudian diberikan diskon yang besar. Padahal, jika dilihat harganya tidak ada potongan dari harga aslinya
Miranda justru meminta konÂsumen lebih cermat dalam meÂlihat diskon atau tawaran yang dipampang oleh penjual di situs belanja online. Pembeli juga disarankan untuk tidak langsung tergiur begitu saja.
"Kami tidak punya kekuatan hukum dan tidak bisa memberiÂkan sanksi. Konsumen pun harus pinter-pinter milih barang. Kalau kita ke ITC ke toko-toko dan tidak langsung beli. Hal begini juga mestinya kita lakukan saat belanja online," imbuhnya.
Dia juga menambahkan, perÂsoalan diskon palsu yang terÂjadi selama Harbolnas 2016 sebenarnya tidak berpengaruh banyak terhadap minat pembeli. Buktinya terlihat dari naiknya nilai transaksi pada tahun ini, jika dibandingkan dengan HarÂbolnas 2015. ***