Berita

Foto/Net

Bisnis

Pertumbuhan Industri Cuma Naik Sedikit...

Ekonomi Global Lesu, Konsumsi Masih Lemah
SENIN, 28 NOVEMBER 2016 | 10:08 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pertumbuhan industri pada triwulan III-2016 mencapai 4,71 persen. Angka ini naik sedikit dibandingkan triwulan II. Penyebabnya adalah masih lesunya perekonomian global dan konsumsi dalam negeri.
 
Sekjen Kementerian Perin­dustrian Syarif Hidayat men­gatakan, pertumbuhan industri triwulan III juga lebih rendah jika dibandingkan dengan peri­ode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,28 persen. "Lebih rendah juga dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,02 persen," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut dia, pendorong per­tumbuhan ekonomi triwulan III adalah industri makanan dan minuman yang tumbuh 9,82 persen. Kemudian, industri kimia, farmasi dan obat tradis­ional yang tumbuh 8,99 persen, industri barang galian bukan logam yang tumbuh 7,28 persen, dan industri kulit, barang kulit dan alas kaki yang naik 6,94 persen.


Sedangkan industri komputer barang elektronik dan perala­tan listrik tumbuh 6,2 persen. "Industri mamin yang tumbuh tinggi," ujarnya.

Hingga akhir tahun ini, Syarif melihat, tren pertumbuhan industri tidak akan berbeda jauh. Karena tren pertumbuhan ekonomi global memang masih lesu. "Ekonomi dunia belum gerak. Jadi tumbuh 5 persen saja sudah bagus karena pertumbu­han ASEAN dan China tidak lebih bagus," katanya.

Ketika ditanya apakah paket kebijakan ekonomi pemerintah belum bisa mendorong pertumbuhan industri, dia mengatakan, selama ekonominya belum baik akan sulit maksimal. Misalnya, perizinan dipercepat, tapi pasar Amerika, Eropa, Jepang, dan China lesu tetap saja sulit untuk meningkatkan pertumbuhan.

Dia juga mengatakan, sedang merevisi target pertumbuhan industri tahun depan dengan tenaga ahli. Sebab, target 7 persen terlalu tinggi dengan kon­disi ekonomi dunia yang belum pulih ini. "Sekitar 6 persen tahun depan menyesuaikan dengan kondisi," paparnya.

Menurutnya, seharusnya per­tumbuhan industri harus lebih tinggi dibandingkan pertumbu­han ekonomi. Karena industri memang harus menjadi pen­dorong pertumbuhan ekonomi. "Kalau industrinya susah, per­tumbuhan ekonominya juga susah," katanya.

Untuk mendorong pertum­buhan industri, kata Syarif, konsumsi dalam negeri kudu didorong. Namun, itu pun tidak mudah karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipangkas. Padahal, di sana ada belanja pemerintah yang bisa mendorong konsumsi dan ekonomi, seperti pembangu­nan infrastruktur.

"Kita berharap pada belanja infrastruktur. Apalagi jika semua produksi dalam negeri, seperti semen dan baja diserap, tentu pertumbuhan industri akan men­ingkat lagi," tukasnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani tidak heran dengan masih lemahnya pertumbuhan industri triwulan III. Pasalnya, pasar dalam negeri dan ekspor memang sedang lesu.

Belum lagi, kata dia, industri negara lain juga kapasitas produk­sinya banyak yang tidak terserap karena pelemahan pasar ini. Aki­batnya, barang mereka banyak membanjiri pasar kita. Misalnya, barang-barang dari China.

"Ini tentu semakin menekan industri kita," katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Untuk mendorong pertumbu­han industri, kata dia, pemerin­tah harus mendorong pertumbu­han ekonomi. Caranya dengan menggunakan produk-produk dalam negeri. "Jika itu bisa, maka pertumbuhan industri masih bisa terbantu," jelasnya.

Terkait dengan penurunan harga gas, menurutnya, tidak akan langsung membantu per­tumbuhan industri. Kenapa begitu? Karena selama pasarnya masih lesu, mau di jual kemana produknya. Karena itu, solusinya adalah tingkatkan konsumsi da­lam negeri. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya