Diversifikasi pertanian memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan hidup petani, terutama di Banyuwangi Selatan.
Melalui penganekaragaman jenis usaha itu, Banyuwangi tak lagi dikenal dengan penghasil buah manggis yang melenggenda, tetapi memiliki primadona lain yaitu buah naga.
H. Sugirah, salah seorang petani sukses yang bermukim di Bali selatan. Ia contoh petani sukses yang mengubah lahan pertanian padi sawah menjadi perkebunan buah naga dan jeruk.
Perubahan dari padi sawah menjadi petani buah jeruk dan buah naga dalam pertanian perkebunan telah membuah keuntungan kami menjadi sepuluh kali lipat,†kata H. Sugirah di rumahnya saat menerima kunjungan rombongan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Banyuwangi selatan, Jawa Timur, Sabtu (26/11).
Berkat keberhasilannya mengembangkan buah naga, Kabupaten Banyuwangi kerap menjadi barometer perkembangan hortikultura di skala provinsi dan nasional. Jauh sebelumnya, Banyuwangi juga populer dengan pamor buah jeruk yang melesat dalam dekade terakhir.
Rombongan Sosialisasi 4 Pilar berkesempatan mencicipi jeruk dan naga yang disuguhkan tuan rumah. Bahkan, Sugihar mempersilakan kami memetik sendiri buah naga di samping rumahnya.
Menurut anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dari Fraksi PDI Perjuangan ini, berkat usaha buah naga, lahan pertaniannya yang semula hanya beberapa bidang lahan kini sudah berkembang menjadi 60 bidang lahan perkebunan yang luasnya mencapai puluhan hektar.
Jenis yang dibudidayakan oleh kebanyakan petani di Kabupaten Banyuwangi adalah buah naga merah. Prospek yang menjanjikan terbukti memberikan keuntungan yang tinggi secara komersial, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani.
Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah naga Banyuwangi dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan/daya beli konsumen serta berkembangnya perspektif mengenai pentingnya pemenuhan gizi masyarakat.
H. Sugirah merupakan salah satu petani yang berhasil menekuni usaha tani buah naga. Usaha pengembangan buah naganya juga tidak lagi mengenal musim.
Petani di selatan Banyuwangi bahkan saat ini bisa memanen buah nega di luar musim, dengan cara menyinari kebun setiap malam. Hasil panennya pun lebih banyak. Seperti kebun milik H. Sugirah. Ia bisa memanen tiap seminggu sekali.
Buah naga kini menjadi primadona baru bagi petani di daerah selatan Banyuwangi.
Di lahan kering yang dahulu sulit ditanami padi, kini mudah ditanami buah naga. Di sepanjang jalan, buah naga banyak dijumpai siapapun yang melintas karena hampir semua pekarangan warga di wilayah selatan Banyuwangi, seperti Kecamatan Bangorejo, Tegal Dlimo, Pesanggaran, Purwoharjo, dan Siliragung menanam buah naga. Tak heran saat panen raya, jalan-jalan di kawasan itu ramai oleh lalu lalang pick-up pengangkut buah naga.
Kini, luas lahan buah naga pun bertambah. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Banyuwangi, pada 2013 luas tanaman buah naga tercatat baru 678 hektar, tetapi pada 2014 telah menjadi 1.152 hektar. luas lahan pertanian buah naga kini semakin banyak dengan pertanian pertanian pekarangan rumah.
Sifat buah naga yang tak cepat busuk membuat seluruh panen terserap oleh pasar. Buah ini juga cepat terserap oleh pasar yang penggemar buah yang sarat dengan kandungan gizi padat ini digemari masyarakat di Indonesia.
"Pertanian Banywangi kini semakin beragam dan mulai terpola. Untuk pertanian sawah padi, umumnya banyak dijumpai di tengah wilayah Banyuwangi, sedangkan untuk buah naga, jeruk, juga jenis hortikultura lainnya seperti cabai, jagung, lebih banyak ditanam petani pinggiran seperti di daerah Banywangi selatan," terang Sugihar.
Dia mengakui, keberhasilan pertanian di Banyuwangi telah menjadikan kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa tersebut salah satu lumbung pangan nasional di Jawa Timur.
Banyuwangi memiliki peran strategis dalam memberikan kontribusi produksi pangan nasional. Sektor pertanian di Banyuwangi tidak hanya berperan terhadap ketahanan pangan tetapi juga mempunyai andil yang sangat besar terhadap sumber pendapatan, kesempatan kerja, serta perekonomian regional maupun nasional.
[wid]