Berita

Suhardi Alius/Net

Pertahanan

GMKI: Kepala BNPT Layak Dicopot!

Gagal Antisipasi Teror Anak
SENIN, 14 NOVEMBER 2016 | 18:25 WIB | LAPORAN:

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius layak dicopot dari jabatannya karena tidak mampu mengantisipasi aksi terorisme yang menyerang anak-anak di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

Begitu dikatakan Ketua Umum Gerakan Mahsiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sahat Martin Philip Sinurat saat berbincang dengan redaksi (Kantor Berita Politik RMOL), Senin (14/11).
 
"Kami juga meminta Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin, dan Kapolres Samarinda Kombes Pol Setyobudi Dwiputro untuk dicopot dari jabatannya karena gagal mengantisipasi terorisme yang menyerang anak-anak," sambungnya
 

 
Aksi terorisme ini, menurut Sahat, seharusnya bisa diantisipasi oleh pemerintah jika BNPT bekerja ekstra. Sehingga anak-anak tidak menjadi korban. "Yang menjadi pelaku ini residivis teroris, seharusnya ini sangat mudah diantisipasi. Ini menunjukkan betapa gagalnya Safarudin," ujarnya.
 
Sahat mengatakan, peristiwa terorisme di Samarinda menunjukan ketidakmampuan Safarudin dan jajarannya menjalankan tugas-tugas pencegahan aksi terorisme. Bahkan, ironinya kepolisian setempat yang seharusnya menjadi pencegah pertama tidak mampu mengantispasi sehingga seorang balita menjadi korban.
 
"Kapolda seharusnya bisa melakukan langkah antisipatif, bukan setelah kejadian dan menimbulkan korban, baru bertindak," ujarnya lagi.
 
Dia mengatakan, peristiwa teror melalui rumah ibadah bukan hal pertama yang terjadi di Indonesia. Aparat penegak hukum sesungguhnya mempunyai catatan peristiwa bom gereja yang terjadi mulai tahun 2000. "Sekali lagi ini bukan peristiwa yang pertama, yang terakhir terjadi di Gereja Stasi Santo Yoseph, Medan," ujarnya.
 
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia mengecam keras peristiwa bom gereja di  Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur dan menyatakan bahwa kejahatan terorisme sebagai kejahatan HAM terberat.
 
Dengan berhasil ditangkapnya pelaku bom gereja Samarinda dalam keadaan hidup, ini memungkinkan pemerintah dapat melakukan tindakan apapun untuk mencegah serangan lanjutan kelompok teroris di kemudian hari. Utamanya, mencegah anak-anak yang tidak tahu apa-apa kembali menjadi korban teroris. [sam]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya