Berita

Setya Novanto-Donald Trump/net

RI-AS Setelah Kemenangan Donald Trump

Setyo Novanto dan HT Diuntungkan?
RABU, 09 NOVEMBER 2016 | 15:47 WIB | OLEH: DEREK MANANGKA

KEBERHASILAN Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam Pemilu Amerika Serikat kali ini, termasuk sebuah kejutan. Bukan saja bagi rakyat Amerika sendiri tetapi bagi dunia.

Sebab hingga sekitar seminggu sebelum pemungutan suara digelar 8 November waktu Washington atau 9 Nopember 2016 waktu Jakarta, kemenangan Trump tak pernah diproyeksikan.

Kecuali televisi Fox, lebih banyak lembaga survei yang menggelar jajak pendapat, di mana hasilnya selalu menggunggulkan Hillary Clinton. Sejumlah komentar mulai membanggakan bahwa Amerika, untuk pertama kalinya akan dipimpin oleh seorang wanita Presiden.

Perubahan terjadi ketika Melanie Trump, isteri terakhir Donald Trump melalui pidatonya seminggu sebelum hari pencoblosan. Berhasil menyentuh perasaan ibu-ibu rumah tangga bagaimana mereka harus berkompromosi dengan anak-anak remaja di era digital.

Indonesia bukanlah negara terpenting bagi Amerika Serikat. Hal ini tercermin dari pidato Donald Trump (Republik) dan Hillary Clinton (Demokrat) selama kampanye mereka. Kalau tidak salah menyimak, nama Indonesia tak pernah disebut oleh kedua politisi papan atas Amerika Serikat tersebut.

Beda dengan negara seperti Meksiko, tetangga terdekat, dan rival utama AS di dunia, khususnya Rusia dan dan RRT.

Namun bagi kita di Indonesia, Amerika Serikat tetap saja penting. Karena negara ini memiliki pengaruh yang cukup besar di percaturan politik internasional.

Dan yang terpenting, bagaimana dampak dan pengaruh tampilnya Donald Trump sebagai Presiden baru AS terhadap hubungan bilateral Jakarta-Washington.

Siapa pihak yang diuntungkan dengan tampilnya pengusaha properti dan kasino tersebut?

Kalau tema pidato awal Donald Trump yang dijadi ukuran, kemungkinan besar hubungan Jakarta-Washington tak lebih baik dari sekarang. Bahkan kemungkinan besar berubah dalam pengertian lebih menurun, untuk tidak mengatakan lebih buruk.

Pasalnya, Trump mengkampanyekan perspektifnya yang kurang positif terhadap eksistensi Islam. Sementara Indonesia mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam.

Trump juga tidak suka dengan pendatang atau imigran.

Memang yang dia maksudkan lebih ke arah imigran yang berasal dari negara-negara Amerika Latin atau yang dikenal dengan sebutan Hispanic. Tetapi secara filosofis, Trump sudah menunjukan ketidaksukaannya terhadap orang yang bukan asli Amerika.

Dan kalau diterjemahkan lebih spesifik, secara teologi politik, konsep Donald Trump tentang yang asli Amerika sangat khas. Yaitu orang kulit putih yang beragama Kristen Protestan.

Mayoritas penduduk AS memang pemeluk Kristen Protestan. Negara adi daya ini sempat 'terguncang' ketika di tahun 1960-an dipimpin John F.Kennnedy, seorang Kristen-Katolik.

Sementara masyarakat yang berasal dari negara-negara Amerika Latin, rata-rata beragama Kristen-Katolik.

Pidato kampanye Trump rata-rata lebih mengajak rakyat Amerika itu melihat ke dalam. Memperkuat Amerika. Membuat Amerika menjadi sebuah negara besar - "Make America Great Again".

Kendati demikian, satu hal yang perlu dicatat, Trump sebagai pengusaha juga punya jaringan dimana-mana. Termasuk di Indonesia.

Sampai dengan tahun lalu, Trump diketahui memiliki hubungan bisnis yang kuat dengan pengusaha Harry Tanoe, pemilik grup media MNC.

Trump dan Tanoe pernah dipublikasikan sebagai pengusaha yang berkongsi dalam pembangunan Trump Hotel di Bali.

Selain dengan Harry Tanoe, Trump juga memiliki hubungan bisnis dengan Setya Novanto, Ketua Umum DPP Patai Golkar.

Masih ingat foto selfie Trump dan Novanto di Trump Tower, New York pada Oktober 2015 ? Saat itu Novanto sebagai Ketua DPR diterima Trump berusaha sejumlah poltiisi Indonesia.

Semenjak pertemuan itu, beredar kabar bahwa Trump bersama Novanto dan Harry Tanoe sudah sepakat akan membangun "Disneyland" di Bogor, Jawa Barat.

Tampilnya Donald Trump membuat harapan James Riady pemilik jaringan bisnis Lippo membangun network Jakarta-Washington, seperti pupus. Berbeda jika Hillary Clinton yang menang. Suami Hillary, Bill Clinton, mantan Presiden AS sudah lama dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga Riady.

Di luar urusan bisnis, kemenangan Donald Trump besar kemungkinan akan membuat tensi di kawasan Laut Tiongkok Selatan akan memanas. Persaingan pengaruh antara Amerika Serikat dengan RRT tak terhindarkan.

Yang paling berbahaya jika AS ikut mengerahkan kekuatan armadanya ke Laut Tiongkok Selatan . Armada ini akan berhadap-hadapan dengan armada Tiongkok. ****

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Telkom Permudah UMKM Pasarkan Produk Lewat Platform Ini

Senin, 10 Februari 2025 | 03:14

Isu PIK 2 Bikin Ormas Terlarang Keluar Sarang

Senin, 10 Februari 2025 | 02:45

Penyelundupan BBL Senilai Rp9 Miliar Berhasil Digagalkan di Bandara Juanda

Senin, 10 Februari 2025 | 02:15

Pemblokiran Anggaran IKN Langkah Revolusioner Prabowo Demi Rakyat

Senin, 10 Februari 2025 | 01:59

Sikap Adian Napitupulu Tidak Cerminkan Kader Partai Wong Cilik

Senin, 10 Februari 2025 | 01:33

Menanti Napas Baru Kemandirian OMS di Indonesia

Senin, 10 Februari 2025 | 01:15

Telkom Peroleh Peringkat ‘A’ Capai 17 Tujuan SDGs

Senin, 10 Februari 2025 | 01:00

Hindari Hoax, Prabowo Minta Insan Pers Pegang Teguh Pancasila

Senin, 10 Februari 2025 | 00:48

Setop Anggaran IKN, Prabowo Tunjukkan Taji ke Jokowi

Senin, 10 Februari 2025 | 00:24

IMM Dorong Jurnalisme Berkualitas di Tengah Jeratan Independensi Pers

Senin, 10 Februari 2025 | 00:01

Selengkapnya