Sri Mulyani Indrawati/Net
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kemarin tiba di Tanah Air setelah selama sepekan menghadiri pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (Bank Dunia) di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Sri Mulyani hadir dalam berbagai forum dan seminar bertindak dengan kapasitasnya sebagai Gubernur Bank Dunia untuk Indonesia, Gubernur Alternatif IMF, Menkeu negara anggota G-20, dan sebagai Ketua Komite Pembangunan (Development Committee/DC).
Dalam forum G-20, Ani-panggilan akrab Sri Mulyani, menjelaskan, pertemuan banyak membahas perkembangan ekonomi global terakhir. Terutama rendahnya pertumbuhan dan ketidakpastian ekonomi.
"Proyeksi lembaga keuangan internasional terhadap pertumÂbuhan ekonomi dunia tahun ini berkisar 2,4-3,1 persen. SeÂmentara tahun depan prediksi meningkat, antara 2,8-3,4 persen," papar Ani.
Ani menuturkan, ketidakÂpastian perekonomian global masih dipengaruhi rendahnya harga komoditas, tingkat inÂflasi, dan tingkat suku bunga yang juga rendah.
"Dalam jangka panjang, pertumbuhan produktivitas yang melambat serta tantangan investasi dan perdagangan akan tetap menjadi tantangan utama perekonomian global," terangnya.
Selain soal laju ekonomi dunia, pertemuan membaÂhas pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen mengenai prospek kebijakan
The Fed tahun ini dan tahun depan melalui data pertumbuÂhan ekonomi maupun lapangan kerja. Menurut Ani, ada poÂtensi terjadi kenaikan suku bunga
acuan The Fed. "Keputusan terakhir meÂmang masih menunda, tapi ada sinyal untuk mengubah suku bunga di akhir 2016 dan 2017 sehingga seluruh negara harus mengantisipasi," tuturnya.
Topik lain yang dibahas di forum internasional itu adalah penguatan kerja sama perpajakan internasional dan mendorong implementasi
Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) dan peran
Financial Action Task Force (FATF) dalam menangani isu pemanÂfaatan kepemilikan (
beneficial ownership) untuk mengejar keÂuntungan dengan menghindari kewajiban membayar pajak. Pembahasan ini ditujukan sebagai upaya memerangi kejahatan pencucian uang dan pembiayaan terorisme.
"Saya banyak melakukan penjelasan ke masyarakat internasional soal penerapan tax amnesty (pengampunan pajak) di Indonesia. Saya tegaskan tax amnesty tidak digunakan untuk memfasilitasi uang-uang yang berasal dari kejahatan pencucian uang, perdagangan narkoba dan manusia serta terorisme," tegasnya.
Menurut Ani, penjelasan terkait pelaksanaan tax amnesty di Indonesia kepada dunia internasional sangat penting supaya negara ini terhindar dari daftar hitam
(black list)."Ini sangat penting supaya Indonesia tidak masuk dalam
black list dalam rangka menÂjadi anggota FATF untuk menÂjaga kepentingan nasional," pungkasnya. ***