Berita

Penyelidik PBB yang dilarang masuk Burundi/BBC

Dunia

Investigasi Masalah HAM, Tiga Penyelidik PBB Dilarang Masuk Burundi

SELASA, 11 OKTOBER 2016 | 17:41 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Burundi melarang tiga penyelidik PBB untuk masuk ke negara tersebur setelah mereka menuduh pemerintah melakukan pelanggaran HAM berat.

Dalam sebuah laporan yang dirilis bulan lalu, para penyelidik PBB menyebut bahwa ada ribuan orang telah disiksa, mengalami pelecehan seksual dan bahkan hilang selama kekerasa politik.

Laporan tersebut dibuat berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh penyelidik PBB. Mereka menemukan banyak bukti pelanggaran hak asasi manusia yang kemungkinan besar dilakukan oleh pemerintah Burundi dan pihak-pihak terkait.


Mereka juga memperingatkan bahaya genosida dari kekerasan yang meningkat.

Dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Burundi Alain Aime Nyamitwe, tiga penyelidik PBB yakniPablo de Greiff dari Kolombia, Christof Heyns dari Afrika Selatan, dan Maya Sahli-Fadel daro Aljazair tidak lagi diterima di Burundi.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric awal pekan ini mendesak Burundi untuk terus bekerja sama dengan para peneliti.

"Sangatlah penting bahwa Burundi dan setiap negara lainnya bekerja sama sepenuhnya dengan mekanisme HAM PBB dan yang termasuk bekerja dengan orang-orang yang mewakili itu," katanya.

Keputusan itu muncul beberapa hari setelah Burundi mengumumkan rencana untuk menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Langkah Burundi untuk hengkang dari ICC sendiri dilakukan setelah ICC mengumumkan rencana investigasi masalah kekerasan di dalam negeri.

Sebagai informasi, konflik politik diwarnai kekerasan terjadi di Burundi sejak April 2015 lalu di mana Presiden Pierre Nkurunzinza memulai upaya untuk bisa mendapatkan masa jabatan ketiga.

Sejak itu, lebih dari 500 orang tewas dan sedikitnya 270.000 telah melarikan diri. [mel]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya