Korban jembatan penyeberangan orang (JPO) ambruk di Pasar Minggu, Jakarta Selatan masih tergolek lemah di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan, kemarin.
Salah satu korban yang masih dirawat intensif adalah Abbiyu Al Faiq. Bocah berusia lima tahun ini, masih harus berjuang untuk memulihkan kesehatanÂnya di High Care Unit, Lantai III, Gedung Bougenville, RSUP Fatmawati.
Seluruh ruang perawatan di lantai III gedung tertinggi di rumah sakit negara ini, memang dikhususkan untuk anak-anak. Menuju ruang perawatan bisa menggunakan lift yang tersedia.
Sesampai di lantai III, setiap pengunjung harus melapor terÂlebih dahulu ke petugas yang berjaga di depan kamar perawaÂtan. "Orangtua Abbiyu masih enggan bertemu wartawan. Masih sedih melihat kondisi anaknya," ujar Wini Riesta, staf Hubungan Masyarakat (Humas) RSUP Fatmawati.
Tidak semua pengunjung bisa masuk ke dalam kamar perawaÂtan. Hanya keluarga dan orang yang menunggu pasien yang diperbolehkan masuk ke daÂlam. Sementara, pengunjung yang tidak bisa masuk ke ruang perawatan, disediakan tempat bersantai yang berada di pojok lantai ini. Tempatnya lumayan luas dan bisa digunakan untuk melepas lelah sejenak.
Wini mengatakan, kondisi Abbiyu saat ini telah berangsur-angsur membaik sejak masuk ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU), 25 September 2016. "Kesadaran sudah mulai baik, sehingga dipindah ke ruang perawatan biasa, sejak Jumat lalu," ujar wanita yang mengenaÂkan pakaian serba coklat ini.
Selama dua minggu dirawat di ruang PICU, kata Wini, keÂsadaran Abbiyu belum stabil, sehingga belum dilakukan tindaÂkan lebih lanjut seperti operasi. Setelah kondisinya stabil, baru dilakukan tindakan medis lebih lanjut. Mungkin, menurutnya, hari ini baru akan dilakukan bedah plastik kepada korban. "Soalnya, ada luka memar di kepalanya," ucapnya.
Kendati demikian, lanjut dia, tindakan operasi bedah plastik masih sangat bergantung dengan kondisi pasien hari ini. "Bila beÂlum stabil, dokter akan menunda operasi lagi sampai betul-betul sehat," ucapnya.
Terkait biaya perawatan, Wini tidak mengetahui lebih jauh, karÂena belum ada rekap biayanya secara keseluruhan. Biasanya satu atau dua hari menjelang pasien keluar dari rumah sakit, baru ada rincian biayanya.
Namun, dia memprediksi, biaya perawatannya cukup besar. Penyebabnya, biaya perawatan selama di PICU sebesar Rp 1,2 juta setiap hari. "Itu belum termasuk obat dan kunjungan dokter. Totalnya bisa sampai Rp 4 juta per hari," ujarnya.
Karena Abbiyu telah dirawat selama 12 hari di ruang PICU, paling tidak biaya yang dibuÂtuhkan sebesar Rp 50 juta. "Itu belum termasuk tiga hari di ruang perawatan High Care Unit saat ini," ujarnya.
Namun, di ruang perawatan ini biaya lebih murah, sebesar Rp 500 ribu setiap harinya. "Kalau sama obat dan kunjungan dokter Rp 1,5 juta," sebut wini.
Biaya lainnya yang harus dikeluarkan, kata dia, adalah operasi bedah plastik yang bisa sampai Rp 20 juta. Biaya terseÂbut sudah termasuk obat dan tindakan dokter. "Tapi, ini masih hitungan kasar, bisa lebih mahal maupun murah," ucapnya.
Kendati demikian, dia meÂminta kepada pihak keluarga untuk tidak perlu khawatir karÂena seluruh biaya pengobatan dan perawatan telah ditanggung oleh Bantuan Sosial (Bansos) Kota Depok.
Dari pihak Pemprov DKI Jakarta, lanjut dia, belum ada konfirmasi untuk menanggung biaya perawatan. "Tidak tahu kaÂlau secara pribadi menyumbang uang ke korban," ujarnya.
Wini berharap, Abbiyu bisa secepatnya pulih dan sehat, seÂhingga bisa secepatnya kembali ke keluarganya.
Seperti diketahui, JPO Pasar Minggu yang ambruk pada Sabtu (24/10), mengakibatkan tiga warga meninggal dunia. Yaitu, Sri Hartati (52) warga Pancoran Mas, Depok, Aisah Zahra Ramadani (8) warga kamÂpung Vitara dan Lilis Lestari (43) warga Jalan Sono Keling 2, Sukmajaya, Depok.
Korban luka yaitu, Abbiyu Al Faiq (5) warga Kampung Pitara, Pancoran Mas, Depok dirawat di RS Fatmawati, selanjutnya Azikri Alkabi (5), Ardiansyah (8) dan Yanah (32), satu keluÂarga warga Jalan F, Gang C, RT 07/04, Kebon Baru, Tebet diraÂwat di RSUD Pasar Minggu.
Kemudian, Rumaisah Azizah (22), warga Totosari RT 03/14, Kelurahan Panjang, Lawean, Kabupaten Surakarta dirawat di RS Tarakan, Jakarta Pusat.
Sedangkan ketiga korban yang dipebolehkan pulang yaitu, Karima Nur Firdausy (23), warga Windan Baru, RT 04/07, Gumpang, Kertasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Didi (18) warga Serang, Banten dan Ahlan (15) warga Kampung Jawa, Pasar Minggu.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Koesmedi Priharto meÂmastikan, seluruh korban luka yang dirawat di beberapa rumah sakit, seperti RS Tarakan dan RS Pasar Minggu telah diperbolehÂkan pulang karena kondisinya sudah pulih.
Sementara, satu korban lainnya yaitu, Abbiyu Al Faiq masih diraÂwat di RS Fatmawati karena konÂdisi lukanya yang cukup parah. "Korban kena wajahnya sehingga dibutuhkan perawatan yang inÂtensif," ujar Koesmedi kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Kendati parah, kata Koesmedi, RS Fatmawati masih mampu merawatnya dengan peralatan yang tersedia, sehingga tidak perÂlu rujukan atau pindah ke rumah sakit lainnya yang lebih lengkap. "Sampai saat ini, belum ada perÂmintaan pindah. Kalau ada, kami pasti fasilitasi," janjinya.
Untuk biaya perawatan, Koesmedi mengatakan, seluruh korban luka akibat ambruknya JPO di Pasar Minggu ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga keluÂarga korban tidak perlu khawatir biaya perawatannya. Termasuk korban Abbiyu Al Faiq, seluÂruh biaya perawatannya akan ditanggung hingga sembuh sepÂerti sedia kala. "Biaya yang dikeluarkan BPJS akan diganti atau dibayar Dinas Kesehatan," janjinya. ***