Berita

Net

Bisnis

Rencana Jokowi Turunkan Harga Gas Industri Justru Memberatkan

MINGGU, 09 OKTOBER 2016 | 22:20 WIB | LAPORAN:

Komisi VII DPR RI mempertanyakan rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurunkan harga gas industri di bawah USD6 per MMBTU. Keinginan itu dipastikan akan memberatkan industri hulu migas.

Anggota Komisi VII Satya Widya Yudha menjelaskan, tingkat kesulitan lapangan minyak dan gas di Indonesia berbeda satu sama lain. Jika harga gas dipatok di kisaran tersebut maka pemerintah perlu mengubah perjanjian kontrak bagi hasil atau production sharing contract/PSC dengan kontraktor migas.

"Harga gas kalau ada patokan itu agak bingung karena harga gas tidak jauh bagaimana menghitung keekonomian. Kalau offshore itu agak sulit, jadi harga keekonomiannya lebih mahal dibanding onshore. Itu yang harusnya dipikirkan," jelasnya dalam diskusi di kawasan Kebon Sirih, Jakarta (Minggu, 9/10).


Satya mengatakan, pemerintah perlu mengubah porsi bagi hasil (profit split) yang didapat bersama pihak kontraktor. Pemerintah tidak bisa lagi mematok porsi 70:30 seperti yang biasa ditentukan dalam PSC migas.

"Kalau pemerintah mematok USD6 per MMBTU itu musti ditarik PSC profit split-nya berapa. Itu harus diutak-atik karena tidak bisa dengan profit split yang kaku sudah ditentukan di awal," bebernya

Selain itu, pemerintah juga harus siap kehilangan sebagian pendapatan dari industri migas jika kontrak bagi hasil dihitung ulang. Sebab, kontraktor pasti enggan menanamkan investasi di hulu migas jika harganya tidak menguntungkan.

"Kontraktor itu kan tidak akan berinvestasi begitu melihat output harganya tidak mencerminkan keekonomian lapangan. Ukurannya misalkan investment rate-nya sekian, dia kan sudah memutuskan di awal POD-nya begitu. Terus tahu-tahu muncul aturan harus di bawah USD6," demikian Satya. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya