Berita

Menlu Jerman/Press TV

Dunia

Tensi Rusia-AS Saat Ini Lebih Berbahaya Dari Masa Perang Dingin

MINGGU, 09 OKTOBER 2016 | 15:36 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Tensi antara Rusia dan Amerika Serikat saat ini lebih berbahaya daripada masa Perang Dingin.

Begitu kata Menteri Luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier.

"Ini sebuah kekeliruan untuk berpikir bahwa saat ini (situasi) seperti Perang Dingin. Waktu saat ini berbeda dan lebih berbahaya," kata Steinmeier dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Bild Jerman dan dikutip Press TV akhir pekan ini.


Steinmeier mencatat bahwa konflik di Suriah dan Ukraina beberapa waktu ke belakang serta terganggunya kerjasama nuklir antara dua kubu bertentangan di Perang Dingin memicu permusuhan antara kedua negara.

Untuk diketahui bahwa pada tahun 2014, bentrokan meletus antara pemerintah yang didukung Amerika Serikat di Kiev, Ukraina dan pasukan pro-Rusia di Krimea yang pada saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Ukraina.

Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh bahwa Rusia memainkan peran dalam konflik Ukraina. Moskow menolak tuduhan tersebut. Namun pada akhirnya Krimea melepaskan diri dari Ukraina dan memilih bergabung dengan Rusia.

Kemudian, pekan lalu, Rusia menangguhkan perjanjian kerjasama terkait sektor nuklir dan energi dengan Amerika Serikat menyusul sanksi yang dijatuhkan negeri Paman Sam akibat krisis di Ukraina. Bukan hanya itu, Rusia juga menangguhkan perjanjian lain dengan Amerika Serikat pada pembuangan plutonium senjata dengan alasan ancaman terhadap stabilitas strategis diajukan oleh tindakan bermusuhan Amerika Serikat melawan Rusia.

Steinmeier mencatat ketegangan yang lebih berbahaya, karena Perang Dingin memiliki garis merah yang dihormati oleh kedua negara.

Namun dalam situasi saat ini mereka berada di lingkungan multi-polar dan memiliki begitu banyak konflik regional yang membuat geopolitik lebih tak terduga.

"Tapi terlepas dari semua frustrasi, kekecewaan dan ketidakpercayaan yang mendalam di kedua sisi, kita harus terus mencari cara untuk mengakhiri kegilaan di Suriah. Amerika Serikat dan Rusia harus terus berbicara," tambahnya. [mel]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya