Berita

Foto/Net

Bisnis

Alhamdulillah, Kini Ekonomi Kita Tenang

JUMAT, 07 OKTOBER 2016 | 08:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Alhamdulillah, Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi ekonomi nasional saat ini lebih tenang. Di dalam ketenangan, pemerintah bisa fokus mendongkrak ekonomi demi kesejahteraan rakyat, utamanya dalam meracik kebijakan moneter.

"Situasi ekonomi Indonesia sekarang lebih tenang dan terkendali," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam seminar terkait prospek ekonomi Indonesia di Kantor Pusat BI, Jakarta, kemarin. Indikatornya adalah ekonomi mulai tumbuh secara perlahan dengan proyeksi di 2016 sebesar 5,1 persen. Kemudian inflasi akhir tahun diproyeksikan 3,1-3,2 persen dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebesar 21 miliar dollar AS atau setara Rp 272 triliun.

Atas dasar itu, kata Mirza, BI berani melakukan pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga acuan sejak beberapa kuartal terakhir. Saat ini, BI seven days repo rate alias bunga transaksi pembelian bersyarat surat utang negara (SUN) oleh bank kepada BI sudah sebesar lima persen.


"BI lakukan pelonggaran kebijakan moneter baru sekarang, karena 2013 memang tidak ada ruangnya. Kalau dilonggarkan saat itu, malah membuat situasi tambah jelek. Sejak 2015 bisa lebih baik dan 2016 kita longgarkan," paparnya.

Untuk diketahui, sejak 2013 BI mengalami kegalauan untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan tingkat suku bunga acuan (BI rate) lantaran dibayangi ketidakpastian kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang dilakukan oleh The Fed. Namun, sejak Desember 2015 pola kebijakan moneter Negeri Paman Sam mulai dapat diprediksi. Kurs nilai tukar mata uang Garuda pun perlahan lebih stabil, inflasi turun dan defisit ekspor impor barang dan jasa juga terkendali.

Dari sisi fiskal, Mirza menjelaskan sudah ada perbaikan yang cukup baik. Bila tadinya ada risiko pada defisit anggaran, tapi melalui kebijakan penghematan dan suksesnya program pengampunan pajak atau tax amnesty, maka defisit bisa dikendalikan pada level 2,5-2,7 persen.

"Tadinya bisa lebih tiga persen. Tapi karena penghematan dan tax amnesty maka defisit bisa dikendalikan 2,5-2,7 persen. Jadi fiskalnya baik," terangnya.

Ketenangan ekonomi nasional juga terlihat dari sektor riil seperti pertanian dan pertambangan sudah menunjukkan tren positif. Saat ini, kalangan dunia usaha diklaim sudah bisa bersifat ekspansif, dengan merencanakan berbagai kegiatan investasi dan impor. Apalagi pemerintah sudah mengeluarkan 13 paket kebijakan ekonomi yang langsung menyasar sektor rill.

"Waktu kurs goyang, gara-gara kondisi AS sulit diprediksi, importir tak bisa melakukan aktivitas dan perencanaan kegiataan. Sekarang situasi sudah tenang dan orang sudah bisa kembali melakukan impor dan kegiatan ekspansif lainnya," katanya.

Saat ini, tambah Mirza, kredit pun terus tumbuh. Bahkan, jika situasi terus aman maka kredit akan tumbuh lagi dalam enam bulan ke depan.

"Memang setelah booming, ada perlambatan ekonomi dan sekarang kita mulai recovery. Kalau situasi aman terus, kredit akan tumbuh lagi dalam enam bulan mendatang. Begitu siklus perbankan yang normal. Jadi 2017 adalah periode recovery yang berlanjut," pungkasnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina, Prof Firmanzah mengamini ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren positif. Bahkan, cenderung tenang karena dari berbagai sisi ekonomi menunjukkan peningkatan.

Namun, Firmanzah mengingatkan pemerintah tidak terlena dengan iklim ekonomi yang tenang ini. Baginya, kewaspadaan ekonomi terutama di sektor riil harus ditingkatkan. Jika lengah, ekonomi tidak akan tumbuh.

"Tetap kita harus waspada terhadap ekonomi kita, karena meskipun memang ada komoditas yang cenderung membaik, namun daya beli kita masih tertekan," ujar Firmanzah kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Menurutnya, sekitar 56 persen pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia didapat dari sektor konsumsi. Artinya, jika daya beli masyarakat tidak naik, maka ekonomi nasional tidak akan tumbuh. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya