Sekitar seribu pengemudi Go Jek berunjuk rasa di Kantor Go jek, Kemang Selatan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kemarin. Mereka menuntut agar sistem performa segera dihapus, karena merugikan pengemudi ojek online ini.
Menjelang pukul 11.30 WIB, para pengemudi telah meÂmadati Jalan Kemang Selatan. Selama aksi, pengojek kompak mengenakan seragam hijau-hitam, sambil meneriakkan yel-yel, "Hapus performa, hapus performa."
Tak cukup sampai di situ, mereka juga membawa spanduk berukuran besar. Tulisannya, "Kami driver, bukan sapi perÂah. Sistem semakin bobrok. Hilangkan Performa". Kalimat itu ditulis memakai tinta warna merah.
Ada pula kertas karton berukuÂran kecil dengan tulisan serupa, "Kami driver, bukan sapi perah". Karton ini terus diangkat selama demo berlangsung.
Sistem performa merupaÂkan ketentuan dari manajemen Go Jek yang harus dipenuhi pengojek bila ingin mendapatkan bonus. Namun, menurut para pengemudi Go Jek, sistem tersebut sangat memberatkan. Soalnya, semua pengemudi bisa terancam terkena pemberÂhentian sepihak apabila tingkat penyelesaian order kurang dari 20 persen. Pengemudi yang menolak order atau cancel akan turun prosentase performanceÂnya secara drastis.
Semakin siang, jumlah pengeÂmudi Go Jek yang melakuÂkan aksi semakin banyak. Para pengemudi berasal dari berÂbagai kawasan Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dalam aksi tersebut, sempat terjadi gesekan antara pengojek dan polisi yang berjaga.
Aksi saling dorong bermula ketika pengojek melihat pegawai Go Jek keluar kantor. Pendemo lantas berteriak. "Keluar! Keluar!" Namun, permintaan tersebut tidak dipenuhi pegawai Go Jek yang memilih kembali masuk ke dalam kantor.
Kesal dengan tindakan tersebut, pendemo akhirnya mengangÂkat helm, bambu dan bergerak ke arah kantor. Tapi, langkah mereka tertahan barisan pagar betis ratusan polisi yang berjaga di depan kantor dua lantai itu.
Situasi bertambah runyam ketika sebuah pukulan mendarat di dada seorang polisi yang berjaga. Sejurus kemudian, terÂjadi aksi saling dorong selama beberapa menit. Beberapa botol dari pendemo melayang ke arah petugas. Melihat situasi yang seÂmakin tidak terkendali, beberapa pengemudi Go Jek yang berada di bagian belakang mencoba menenangkan teman-temannya. "Jangan terpancing! Ini aksi daÂmai, jangan terprovokasi!" teriak pengemudi berkali-kali.
Tak lama kemudian, pendemo kembali tenang. Namun, mereka tetap terus meneriakkan yel-yel meminta bertemu dengan pihak manajemen.
Di tengah unjuk rasa, salah seorang pendemo pingsan dalam kondisi cuaca yang cukup terik. Mereka lantas digotong untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, pengojek yang menolong justru ditimpuki dengan botol karena salah pengertian. "Itu teman kalian pingsan, kenapa malah ditimpuki," seru salah seorang polisi melalui pengeras suara. Setelah itu, massa lantas berhenti melempar botol ke arah korban yang pingsan.
Demo terus berlangsung hingÂga pukul 3 sore. Pendemo terus memaksa masuk ke dalam kanÂtor untuk bertemu dengan pihak manajemen. Polisi pun masih kesulitan menenangkan massa dan meminta mereka untuk berdoa. "Sudah, daripada ribut, tetap ikhtiar, tetap berdoa, dariÂpada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," pinta polisi melalui pengeras suara.
Tak lama kemudian, para pendemo melantunkan shalawat nabi. "Salatullah salamullah, ala yasin habibillah…" teriak mereka lantang.
Di tengah-tengah kerumunan pendemo, pengemudi Go Jek, Iwan terus menunjukkan wajah kesal terhadap manajemen Go Jek. Pasalnya, sejak tiga bulan ini, pihak manajemen menÂetapkan sistem performa yang diperlakukan secara sepihak tanpa komunikasi terlebih daÂhulu dengan pengojek. "Kalau performanya kurang dari 50 persen, bonus tidak akan turun," keluh Iwan.
Secara aturan, bila performa mencapai 50 poin, kata pria berkulit putih ini, setiap pengojek mendapat bonus sebesar Rp 140 ribu. "Tapi sangat sulit mendapÂatkan bonus," keluhnya.
Pria yang telah bergabung selama dua tahun sebagai pengeÂmudi Go Jek ini menjelaskan, sistem performa dinilai berÂdasarkan seberapa sering pengeÂmudi mengantarkan penumpÂang. Untuk pesanan berjarak di bawah 5 kilometer, pengemudi akan mendapatkan satu poin. Untuk jarak 5-10 kilometer, poin yang diperoleh 1,5 poin. Untuk jarak di atas 10 km, pengemudi mendapat 2 poin.
Bila sudah mendapatkan 10 poin, pengojek dapat bonus Rp 20 ribu. Selanjutnya, jika poin meningkat menjadi 12, maka pengemudi dapat bonus Rp 60 ribu. Bonus yang sama berlaku jika pengemudi mendapat poin di atas 12. "Tapi, bonus bisa cair kalau performa 50 persen ke atas," terang Iwan.
Namun, untuk mendapatkan 50 poin, kata Iwan, manajeÂmen kurang transparan dalam memberikan penilaian. "Mereka seenaknya sendiri. Pas poin hamÂpir mencapai 50, tiba-tiba dengan berbagai cara, poin itu berkurang dengan sendirinya," protes Iwan.
Dia mencontohkan, performa berkurang bila ada cancel, baik dari penumpang maupun dari pengemudi. "Tapi berkurangnya drastis," keluhnya.
Selain itu, jika pengojek tidak mengambil orderan karena tuÂjuannya jauh, pengemudi juga didenda dengan pengurangan performa. "Kita tidak memilih yang jauh karena waktu habis di jalan, macet. Jadi cuma mendaÂpat sedikit," ucapnya.
Iwan juga mengeluhkan sistem tarif per kilometer yang terlalu rendah. "Sekarang, 1 kilometer hanya Rp 2 ribu. Awalnya, bisa sampai Rp 4 ribu," sebut dia.
Walhasil, setiap bulan, dirinya hanya mendapat paling banyak Rp 4 juta. Uang itu, menurutnya, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. "Itu pun harus jalan dari habis subuh hingga jam 10 malam," tandas Iwan.
Padahal, saat awal bergabung, dirinya bisa mendapat Rp 8 juta saban bulan.
Dia berharap, manajemen bisa menghapus sistem performa karÂena sangat merugikan pengojek. "Waktu masih ojek di pangkalan, 1 kilometer bisa dapat Rp 20 ribu," sebut dia.
Menjelang sore, para pendemo membubarkan diri. Pasalnya, pihak manajemen berjanji akan bertemu dengan pengojek pada hari ini di Markas Polda Metro Jaya.
Namun, sebelum bubar, para pengojek menyampaikan tujuh tuntutan kepada pihak manajeÂmen. Pertama, meminta PT Gojek Indonesia menghapus performa yang menyulitkan driver mencapai bonus. Kedua, meminta PT Gojek membuat payung hukum yang independen terhadap keluhan driver. Ketiga, menuntut PT Gojek transparan dalam setiap kebijakan dan sistem yang dibuat. Keempat, menuntut PT Gojek menstabilÂkan sistem menjadi lebih baik atau tidak sering error.
Selanjutnya, menuntut PT Gojek memberikan kebijakan perÂaturan yang sewajarnya. Keenam, menuntut PT Gojek menghiÂlangkan sistem suspend yang tidak jelas alasannya. Terakhir, menuntut PT Gojek memberikan kebijakan tarif yang rasional untuk seluruh driver se-Indonesia.
Sementara itu, Kapolres Jaksel Kombes Tubagus Ade Hidayat mengatakan, pihaknya akan mempertemukan CEO Go Jek Nadiem Makarim dan para pengojek di Polda Metro Jaya. "Besok, jam 1 siang di Polda Metro, lantai 3, Ruang Birokrasi," ujar Tubagus di Kantor Gojek, kemarin.
Menurut Tubagus, Nadiem sang pengambil keputusan tengah berada di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia tadi malam, sehingga baru bisa menemui miÂtranya Selasa siang. ***