Berita

Foto/Net

On The Spot

Pengemudi Go Jek Bawa Spanduk Bukan Sapi Perah

Melihat Unjuk Rasa Pengojek Online
SELASA, 04 OKTOBER 2016 | 08:15 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sekitar seribu pengemudi Go Jek berunjuk rasa di Kantor Go jek, Kemang Selatan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kemarin. Mereka menuntut agar sistem performa segera dihapus, karena merugikan pengemudi ojek online ini.
Menjelang pukul 11.30 WIB, para pengemudi telah me­madati Jalan Kemang Selatan. Selama aksi, pengojek kompak mengenakan seragam hijau-hitam, sambil meneriakkan yel-yel, "Hapus performa, hapus performa."

Tak cukup sampai di situ, mereka juga membawa spanduk berukuran besar. Tulisannya, "Kami driver, bukan sapi per­ah. Sistem semakin bobrok. Hilangkan Performa". Kalimat itu ditulis memakai tinta warna merah.


Ada pula kertas karton beruku­ran kecil dengan tulisan serupa, "Kami driver, bukan sapi perah". Karton ini terus diangkat selama demo berlangsung.

Sistem performa merupa­kan ketentuan dari manajemen Go Jek yang harus dipenuhi pengojek bila ingin mendapatkan bonus. Namun, menurut para pengemudi Go Jek, sistem tersebut sangat memberatkan. Soalnya, semua pengemudi bisa terancam terkena pember­hentian sepihak apabila tingkat penyelesaian order kurang dari 20 persen. Pengemudi yang menolak order atau cancel akan turun prosentase performance­nya secara drastis.

Semakin siang, jumlah penge­mudi Go Jek yang melaku­kan aksi semakin banyak. Para pengemudi berasal dari ber­bagai kawasan Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dalam aksi tersebut, sempat terjadi gesekan antara pengojek dan polisi yang berjaga.

Aksi saling dorong bermula ketika pengojek melihat pegawai Go Jek keluar kantor. Pendemo lantas berteriak. "Keluar! Keluar!" Namun, permintaan tersebut tidak dipenuhi pegawai Go Jek yang memilih kembali masuk ke dalam kantor.

Kesal dengan tindakan tersebut, pendemo akhirnya mengang­kat helm, bambu dan bergerak ke arah kantor. Tapi, langkah mereka tertahan barisan pagar betis ratusan polisi yang berjaga di depan kantor dua lantai itu.

Situasi bertambah runyam ketika sebuah pukulan mendarat di dada seorang polisi yang berjaga. Sejurus kemudian, ter­jadi aksi saling dorong selama beberapa menit. Beberapa botol dari pendemo melayang ke arah petugas. Melihat situasi yang se­makin tidak terkendali, beberapa pengemudi Go Jek yang berada di bagian belakang mencoba menenangkan teman-temannya. "Jangan terpancing! Ini aksi da­mai, jangan terprovokasi!" teriak pengemudi berkali-kali.

Tak lama kemudian, pendemo kembali tenang. Namun, mereka tetap terus meneriakkan yel-yel meminta bertemu dengan pihak manajemen.

Di tengah unjuk rasa, salah seorang pendemo pingsan dalam kondisi cuaca yang cukup terik. Mereka lantas digotong untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, pengojek yang menolong justru ditimpuki dengan botol karena salah pengertian. "Itu teman kalian pingsan, kenapa malah ditimpuki," seru salah seorang polisi melalui pengeras suara. Setelah itu, massa lantas berhenti melempar botol ke arah korban yang pingsan.

Demo terus berlangsung hing­ga pukul 3 sore. Pendemo terus memaksa masuk ke dalam kan­tor untuk bertemu dengan pihak manajemen. Polisi pun masih kesulitan menenangkan massa dan meminta mereka untuk berdoa. "Sudah, daripada ribut, tetap ikhtiar, tetap berdoa, dari­pada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," pinta polisi melalui pengeras suara.

Tak lama kemudian, para pendemo melantunkan shalawat nabi. "Salatullah salamullah, ala yasin habibillah…" teriak mereka lantang.

Di tengah-tengah kerumunan pendemo, pengemudi Go Jek, Iwan terus menunjukkan wajah kesal terhadap manajemen Go Jek. Pasalnya, sejak tiga bulan ini, pihak manajemen men­etapkan sistem performa yang diperlakukan secara sepihak tanpa komunikasi terlebih da­hulu dengan pengojek. "Kalau performanya kurang dari 50 persen, bonus tidak akan turun," keluh Iwan.

Secara aturan, bila performa mencapai 50 poin, kata pria berkulit putih ini, setiap pengojek mendapat bonus sebesar Rp 140 ribu. "Tapi sangat sulit mendap­atkan bonus," keluhnya.

Pria yang telah bergabung selama dua tahun sebagai penge­mudi Go Jek ini menjelaskan, sistem performa dinilai ber­dasarkan seberapa sering penge­mudi mengantarkan penump­ang. Untuk pesanan berjarak di bawah 5 kilometer, pengemudi akan mendapatkan satu poin. Untuk jarak 5-10 kilometer, poin yang diperoleh 1,5 poin. Untuk jarak di atas 10 km, pengemudi mendapat 2 poin.

Bila sudah mendapatkan 10 poin, pengojek dapat bonus Rp 20 ribu. Selanjutnya, jika poin meningkat menjadi 12, maka pengemudi dapat bonus Rp 60 ribu. Bonus yang sama berlaku jika pengemudi mendapat poin di atas 12. "Tapi, bonus bisa cair kalau performa 50 persen ke atas," terang Iwan.

Namun, untuk mendapatkan 50 poin, kata Iwan, manaje­men kurang transparan dalam memberikan penilaian. "Mereka seenaknya sendiri. Pas poin ham­pir mencapai 50, tiba-tiba dengan berbagai cara, poin itu berkurang dengan sendirinya," protes Iwan.

Dia mencontohkan, performa berkurang bila ada cancel, baik dari penumpang maupun dari pengemudi. "Tapi berkurangnya drastis," keluhnya.

Selain itu, jika pengojek tidak mengambil orderan karena tu­juannya jauh, pengemudi juga didenda dengan pengurangan performa. "Kita tidak memilih yang jauh karena waktu habis di jalan, macet. Jadi cuma menda­pat sedikit," ucapnya.

Iwan juga mengeluhkan sistem tarif per kilometer yang terlalu rendah. "Sekarang, 1 kilometer hanya Rp 2 ribu. Awalnya, bisa sampai Rp 4 ribu," sebut dia.

Walhasil, setiap bulan, dirinya hanya mendapat paling banyak Rp 4 juta. Uang itu, menurutnya, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. "Itu pun harus jalan dari habis subuh hingga jam 10 malam," tandas Iwan.

Padahal, saat awal bergabung, dirinya bisa mendapat Rp 8 juta saban bulan.

Dia berharap, manajemen bisa menghapus sistem performa kar­ena sangat merugikan pengojek. "Waktu masih ojek di pangkalan, 1 kilometer bisa dapat Rp 20 ribu," sebut dia.

Menjelang sore, para pendemo membubarkan diri. Pasalnya, pihak manajemen berjanji akan bertemu dengan pengojek pada hari ini di Markas Polda Metro Jaya.

Namun, sebelum bubar, para pengojek menyampaikan tujuh tuntutan kepada pihak manaje­men. Pertama, meminta PT Gojek Indonesia menghapus performa yang menyulitkan driver mencapai bonus. Kedua, meminta PT Gojek membuat payung hukum yang independen terhadap keluhan driver. Ketiga, menuntut PT Gojek transparan dalam setiap kebijakan dan sistem yang dibuat. Keempat, menuntut PT Gojek menstabil­kan sistem menjadi lebih baik atau tidak sering error.

Selanjutnya, menuntut PT Gojek memberikan kebijakan per­aturan yang sewajarnya. Keenam, menuntut PT Gojek menghi­langkan sistem suspend yang tidak jelas alasannya. Terakhir, menuntut PT Gojek memberikan kebijakan tarif yang rasional untuk seluruh driver se-Indonesia.

Sementara itu, Kapolres Jaksel Kombes Tubagus Ade Hidayat mengatakan, pihaknya akan mempertemukan CEO Go Jek Nadiem Makarim dan para pengojek di Polda Metro Jaya. "Besok, jam 1 siang di Polda Metro, lantai 3, Ruang Birokrasi," ujar Tubagus di Kantor Gojek, kemarin.

Menurut Tubagus, Nadiem sang pengambil keputusan tengah berada di luar negeri dan akan pulang ke Indonesia tadi malam, sehingga baru bisa menemui mi­tranya Selasa siang. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya