Berita

Foto/Net

Bisnis

Negara Nggak Rugi Karena Penerimaan Pajak Terkerek

Tekan Harga Gas, DEN Restui Jatah Keuntungan Dikurangi
SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 | 08:11 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Anggota DEN Tumiran menilai, rencana pemerintah mengurangi hak penerimaan dari pengelolaan gas seba­gai pilihan dilematis. "Kalau tidak dikurangi harga gas tidak akan turun, dampaknya in­dustri sulit berkembang. Tapi kalau penerimaan dikurangi, pendapatan negara akan turun," kata Tumiran kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Tumiran menegaskan mendu­kung rencana tersebut. Dia yakin penurunan pendapatan negara tidak akan menjadi persoalan besar. Karena, penerimaan pajak akan bertambah seiring pertum­buhan kinerja industri.

"Kalau harga gas turun sek­tor riil akan bergerak. Dan hal itu akan memberikan dampak positif secara luas," imbuhnya.


Tumiran berharap penurunan harga gas industri signifikan, dapat turun 2 dolar AS hingga 4 dolar AS per Million British thermal unit (mmbtu).

Dia mengaku belum menge­tahui kapan pemerintah akan merealisasikan penurunan harga gas. Karena, urusan penetapan waktu sepenuhnya kewenangan pemerintah. "Kami berkomit­men untuk terus mengingatkan pemerintah untuk segera menu­runkan harga," janjinya.

Seperti diketahui, tuntutan agar harga gas industri diturunkan kembali ramai lagi disuara­kan belakangan ini. Hal ini juga dipicu dengan janji pemerintah yang akan menurunkan harga gas. Pemerintah sendiri sudah mengeluarkan peraturan untuk menekan harga gas dengan mengeluarkan Peraturan Presi­den (Perpres) nomor 40 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Namun demikian sayang, harga gas industri sam­pai sekarang belum bergerak.

Harga gas industri saat ini di level 8 sampai 10 dolar AS per mmbtu. Bahkan di Sumatra Utara mencapai 12 per mmbtu. Harga tersebut lebih mahal dari Singapura 4 sampai 5 dolar AS per mmbtu, Malaysia 4,47 dolar AS per mmbtu, Filiphina 5,43 per mmbtu dan Vitenam 7,5 dolar AS per mmbtu.

Untuk menekan harga gas industri, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan, belum lama ini secara khusus menemui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membahas harga gas industri. Menurut Luhut, Menkeu sudah setuju untuk mengurangi jatah keuntungan negara dari pengelolaan gas untuk menurunkan harga. Hanya saja, saat ini pemerintah masih menghitung dampak positif dan negatifnya.

Anggota Komisi VII Dito Ganinduto juga mendukung rencana pemerintah mengurangi jatah keuntungan negara untuk menekan harga gas. "Harga gas bisa turun kalau harga di hulu turun. Jangan terlalu banyak berpikirlah," katanya.

Dia menilai, bila harga gas turun multiplier effect yang dida­patkan negara banyak. Industri akan tumbuh dan produk yang dihasilkan kompetitif. Hal ini akan mengerek pendapatan pajak. Selain itu, impor barang akan berkurang karena produksi dalam negeri meningkat. Dan yang tidak kalah penting dari pergerakan tersebut akan mem­buka banyak lapangan peker­jaan.

Sementara itu, Direktur Pe­nelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengingatkan pemerin­tah untuk tidak ceroboh dalam mengambil keputusan mengingat migas merupakan salah satu sumber penyumbang pe­masukan yang signifikan untuk negara.

"Semua pilihan ada risikonya. Kalau tidak hati-hati keputusan itu bakal blunder," kata Faisal kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Faisal memaparkan beberapa hal yang kudu menjadi per­timbangan pemerintah. Antara lain, mengkaji terlebih dahulu apakah penurunan harga gas menjamin harga di hilir ikut turun. Menurutnya, harga bisa saja hanya sesaat karena faktor pembentuk harga bukan hanya faktor harga di hulu tetapi juga rantai distribusinya.

"Artinya kebijakan itu memerlukan peningkatan pengawasan mulai dari hulu sampai hilir," katanya.

Selain itu, mempertimbangkan kondisi perekonomian. Menu­rutnya, pemerintah harus bisa mengukur sejauh apa dampak penurunan harga gas terhadap kinerja industri di tengah per­lambatan ekonomi. Namun demikian, dirinya menegaskan termasuk yang percaya penu­runan harga gas dapat mendorong kinerja industri sehingga berdaya saing. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya