Plt Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan tidak mau menutupi lambatnya realisasi pembangunan listrik 35 ribu megawatt (MW). Diproyeksikannya, proyek tersebut tidak akan selesai pada 2019 seperti yang ditargetkan.
Luhut mengatakan dirinya tidak mau bohong kepada rakyat. Presiden Jokowi pernah berpesan kepada dirinya agar sebagai pemangku kebijakan tidak menutup-nutupi fakta di lapangan.
"Listrik 35 ribu MW memang tidak bisa tercapai di 2019. KeÂmungkinan hanya akan tercapai 23 ribu sampai 24 ribu MW saja. Tapi tidak apa-apa. Kita kan suÂdah bekerja keras," kata Luhut di Kampus Universitas Indonesia (UI) di Depok, kemarin.
Luhut mengungkapkan, tidak tercapainya pembangunan terseÂbut disebabkan banyak faktor antara lain proses bisnis yang belum baik dan kendala di lapangan. Namun demikian, Luhut menegaskan, pihaknya akan terus mendorong realisasi pembangunan bisa terus berjalan. Sehingga, meskipun tidak seleÂsai 2019, sisanya pembangunan yang belum selesai dapat ramÂpung pada tahun berikutnya, tahun 2020.
Pengamat energi dari UniÂversitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi telah memperkiraÂkan proyek tersebut akan molor dari target "Banyak persoalan di dalam realisasi proyek itu makanya saya pesimistis proyek akan selesai pada 2019," kata Fahmi.
Dia menyebut penyebab proyek tersebut molor antara lain disebabkan buruknya koorÂdinasi di internal pemerintah sendiri. Selain itu, pemerintah daerah terkesan setengah hati di dalam memberikan dukungan sehingga pembebasan lahan sulit tercapai.
Namun demikian, Fahmi meÂnilai kesempatan pemerintah untuk bisa menyelesaikan proyek 34 ribu MW sesuai target, masih terbuka lebar. Syaratnya, pemerintah harus memberikan kepastian dan kesempatan yang lebih luas kepada para invesÂtor untuk masuk dalam proyek tersebut.
Seperti diketahui, program 35 ribu MW mencakup 109 proyek yang terdiri atas 35 pembangkit dikerjakan PT PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh swasta (
independent power producer/IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW.
Berdasarkan data PLN, hingga kuartal pertama 2016, kapasitas pembangkit yang sudah dibangun 397 MW atau masih 1,1 persen dari total target 35.000 MW.
Lalu, tahap konstruksi mencaÂpai 3.862 MW atau 10,9 persen, perencanaan 12.226,8 MW atau 34,4 persen, pengadaan 8.377,7 MW atau 23,6 persen, dan konÂtrak jual beli (power purchase agreement/PPA) 10.941 MW atau 30,8 persen. Demikian pula, PLN baru membangun 2.712 km transmisi dari target 46.597 km pada periode sama.
Belum lama ini, Dewan Energi Nasional (DEN) secara terÂsirat mengakui proyek 35 ribu MW sulit dicapai. "Sekarang targetnya tidak lagi berapa MW yang bisa dicapai, tetapi
Power Purchasing Agreement (PPA) yang bisa ditandatangani," kata Anggota DEN Rinaldy Dalimi.
Rinaldy mengatakan, banyak realisasi proyek listrik 35 ribu MW terkendala masalah pemÂbebasan lahan. Padahal, dia mengklaim pada awalnya proyek ini berjalan dengan lancar.
Selain itu, dia menilai banyak dikerjakannya proyek ini oleh swasta ikut memberikan kontriÂbusi lambatnya realisasi pemÂbangunan. Karena, proses tender lebih lama bisa dibandingkan digarap pemerintah. ***