Berita

Sri Mulyani/Net

Bisnis

Menteri Sri Mulyani Akui Tax Amnesty Sulit & Berat

Janji Buru Pengemplang Pajak Kakap Di Luar Negeri
JUMAT, 02 SEPTEMBER 2016 | 08:30 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menteri Keuangan Sri Mulyani realistis dengan target pengampunan pajak (tax amnesty). Dia mengakui kebijakan tersebut berat dan sulit.
 
Kemarin, Ani, panggilan akrab Sri Mulyani, kembali diundang almamaternya, Uni­versitas Indonesia (UI) men­jadi keynote speaker dalam seminar sosialisasi . Acara ini dihadiri puluhan dosen dan ratusan mahasiswa.

Ani memaparkan dengan detail mengenai kelemahan, keunggulan, tantangan, dan menjawab kesimpangsiuran implementasi tax amnesty.


Suasana seminar berjalan santai. Pada pembukaan, Ani sempat melempar guyon terkait tax am­nesty. Dia menyebut kebijakan itu bukan kebijakan popular.

"Saya senang sekali kedua kalinya datang ke sini. Bulan lalu kapasitas saya sebagai an­aging Director World Bank. Saat ini beda lagi. Tapi kalau boleh saya tidak memilih topik ini untuk didiskusikan, karena ng­gak populer," ujar Ani.

Ani meminta bantuan civitas akademi UI mendukung tax amnesty, dan ikut mensosial­isasikan kebijakan. Dia berterus terang, tugas untuk menerapkan Undang-undang (UU) Pengam­punan Pajak berat dan sulit. Tapi baginya, tantangan tersebut har­us dihadapi. Apalagi, ekspektasi terhadap dirinya sangat tinggi.

"Kami sadar ini adalah peker­jaan sangat sulit. Sangat mudah apabila saya bilang itu (tax am­nesty tidak mencapai target) bu­kan salah saya, saya kan baru saja dipilih. Tapi itu sikap yang sangat tidak membantu," ungkap Ani.

Dia menilai salah satu titik lemah kebijakan ini minimnya waktu sosialisasi kebijakan tax amnesty. Menurutnya, sosialiasi seharusnya sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum UU Pengampunan Pajak disahkan.

"Sosialisasi seharusnya tak berjalan paralel dengan penera­pan program. Seharusnya sosial­isasi dahulu sebelum Undang-undang disahkan," terangnya.

Ani meluruskan rumor kebi­jakan tax amnesty yang dinilai salah sasaran. Dia menegaskan, sasaran utama kebijakan ini orang kaya yang tinggal di luar negeri. "Semangat kebijakan tax amnesty mencari harta dari wa­jib pajak kita yang menyimpan uang di luar negeri, terutama yang besar," tegas Ani.

Ani bilang, ada 1 persen rakyat terkaya Indonesia yang mengua­sai 50 persen dari seluruh harta kekayaan yang ada di negara ini. Menurutnya, bila saja kelompok orang kaya tersebut membayar pajaknya dengan benar, akan memberikan pemasukan yang besar untuk negara.

"Rasio pajak kita kecil, hanya 11 persen padahal pertumbuhan ekonominya cepat dan banyak tumbuh kelas menengah. Ini ada yang salah, dan kritik perta­manya adalah di Ditjen Pajak," katanya.

Ani menegaskan, komitmen­nya untuk mereformasi sektor perpajakan di Indonesia. Namun proses pembenahan tidak bisa instan, alias butuh waktu. Tapi, dia berjanji akan menyampai­kan perkembangannya secara terjadwal.

Ani mengatakan, untuk mem­benahi perpajakan dibutuhkan kepercayaan, dari masyarakat terhadap negara, dan sebaliknya negara terhadap rakyatnya.

Dia menilai, apabila masyarakat memiliki rasa nasionalisme, tidak ada pikiran mempertanyakan kenapa negara harus memungut pajak rakyatnya. Ada juga yang beralasan enggan memba­yar pajak karena keberatan den­gan sikap oknum aparatur pajak. "Untuk pembenahan, kalau ada aparat saya yang melakukan tindakan tidak baik, kasih tahu saya," pintanya.

Industri Ngarep Suntikan Modal

enteri Perindustrian Air­langga Hartarto memiliki eks­pektasi kebijakan tax amnesty sukses. Dia berharap, dana tax amnesty dapat digunakan un­tuk investasi di bidang industri strategis. Yakni, industri yang bisa menyerap tenaga kerja dan berorientasi ekspor.

"Sektor itu antara lain indus­tri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), alas kaki, dan industri pangan," ujar Airlangga.

Airlangga menyebut, pemban­gunan industri tersebut merupa­kan program pemerintah. Menu­rutnya, bila industri tersebut berkembang, akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya