Indonesia tengah memasuki musim krusial kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Meski jumlah hotspot atau titik api secara nasional berkurang hingga 70-90 persen, namun kewaspadaan terus ditingkatkan seiring dengan mulai masuknya musim kering.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menjelaskan, jumlah hotspot tahun 2016 dibanding tahun 2015 periode 1 Januari-28 Agustus dari pantauan satelit NOAA18/19 mengalami penurunan. Dari 8.247 titik tahun lalu menjadi 2.356 titik pada tahun ini atau lebih dari 74,64 persen.
"Penurunan terbesar terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah. Di Riau, pada periode yang sama tahun 2015 terdapat 1.292 titik api, sementara tahun ini turun jadi 317 titik. Sedangkan di Kalteng dari 1.137 titik api turun menjadi 56 titik api," terang Siti saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (28/8).
Sementara, berdasarkan satelit Terra/Aqua milik NASA, dengan periode yang sama terlihat jumlah hotspot tahun ini berkurang 74,70 persen dibanding tahun 2015. Tahun sebelumnya tercatat 11.690 titik api berkurang menjadi 2.937 titik api.
Menurut Siti, penurunan yang cukup signifikan itu tidak terlepas dari upaya tiada henti tim terpadu di lapangan. Mereka bekerja tanpa mengenal hari libur bahkan sampai bermalam di lokasi untuk menjaga titik api tidak meluas. Lokasi yang sulit dijangkau melalui jalur darat, dilakukan pemadaman melalui jalur udara.
Untuk memaksimalkan upaya pengendalian karhutla, pemerintah provinsi juga sudah menetapkan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap. Seperti di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi dan Kalimantan Selatan.
"Selain itu dilakukan patroli terpadu sebagai upaya mensinergikan para pihak dalam pencegahan Karhutla sampai pada tahap tapak (masyarakat). Patroli Terpadu melibatkan unsur Manggala Agni, Polhut, TNI, POLRI, pers, LSM dan aparat desa/tokoh masyarakat," paparnya.
Lebih lanjut, Siti menerangkan, pelaksanaan patroli berbasis komando bertingkat dengan operasional Posko Desa, Posko Daops, Posko tingkat Provinsi (Balai Besar/Balai KSDA/TN) dan Posko Nasional di Kementerian LHK.
"Target kerja kita jelas, Jangan sampai rakyat kembali merasakan derita asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap," bebernya.
Tambah Siti, semua pintu komunikasi telah dibuka selebar-lebarnya. Bahkan, dia mengaku selalu siap untuk dihubungi selama 24 jam, tujuh hari dalam seminggu.
"Saya menerima banyak sekali laporan, dari pagi hingga dini hari, baik melalui SMS, BBM, email maupun Whatsapp. Serta melalui media sosial Facebook, Fanpage dan Twitter," ungkapnya.
"Laporan datang dari berbagai elemen masyarakat dan tim terpadu di lapangan. Semuanya saya baca dan menjadi referensi obyektif untuk mengambil langkah-langkah penanganan lanjutan. Serta melakukan koordinasi ke lintas sektoral, lintas kementerian terkait dan pihak-pihak terkait lainnya. Tujuan utama kita adalah rakyat dan rakyat," pungkas Siti.
[wah]