PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero secara bertahap akan menghilangkan rangkaian kelas bisnis untuk perjalanan kereta api jarak jauh. Pasalnya, selama ini rangkaian kelas bisnis lebih mirip dengan kelas ekonomi meski harganya lebih mahal.
Nantinya, rangkaian kereta api yang saat ini digunakan akan diperbaharui dengan rangkaian baru yang sudah diorder oleh PT KAI ke PT Industri Kereta Api (INKA) Persero.
Direktur Komersial PT Kereta Api Indonesia Bambang Eko Martono mengatakan, rangkaian kereta api termasuk kelas bisnis yang saat ini dioperasikan PT KAI sebagian besar diisi rangkaian uzur yang umurnya lebih dari 30 tahun. Oleh karena itu, penghapusan rangkaian kelas bisnis ini sejalan dengan program perseroan dalam revitalisasi kereta tua.
"Kita akan hilangkan kelas bisnis seiring dengan penggantian jumlah kereta yang telah berumur di atas 30 tahun. Dalam tiga tahun ke depan, KAI akan lakukan pergantian sekitar 800 kereta tuanya yang telah berusia di atas 30 tahun," kata Bambang di Jakarta.
Selain itu, lanjut Bambang, pengurangan rangkaian kereta bisnis ini lantaran penambahan jumlah penumpang yang tidak signifikan setiap tahunnya. Umumnya, penumpang lebih memilih kelas ekonomi karena sudah dilengkapi dengan fasilitas yang mirip dengan kelas bisnis.
Terkait peremajaan kereta-kereta tua, lanjut Bambang, KAI saat ini telah melakukan pemesanan 14 rangkaian kereta api yang hanya terdiri dari dua kelas, yakni kelas ekonomi dan eksekutif. Dari 14 rangkaian tersebut, 5 di antaranya adalah kereta kelas ekonomi. Sementara sisanya adalah kereta api kelas eksekutif.
Menurut Bambang, perusahaan baru menerima satu rangkaian kelas ekonomi yang dipesan dari PT Industri Kereta Api (INKA). Sementara untuk kereta kelas eksekutif, KAI sudah menerima 4 rangkaian kereta api.
Untuk pengiriman sisa pesanan, sambung Bambang, nantinya akan dikirim secara bertahap hingga awal tahun depan. Sementara untuk kereta baru yang akan dipesan pada tahun depan, pihak KAI masih menghitung kebutuhan dana yang tersedia.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edi Sukmoro menerangkan, tahun ini KAI fokus mengganti armada kereta tua untuk jurusan jarak menengah dan jarak jauh secara bertahap.
Kedepan, rencananya operator kereta api pelat merah ini akan membeli 1.000 unit kereta baru. untuk mengganti armada berusia uzur sampai menambah frekuensi perjalanan kereta.
"Kita merencanakan 1.000 unit. Nantinya selain untuk menggantikan yang uzur, juga untuk tambah frekuensi supaya daya angkutnya bisa melebihi yang ada sekarang," ujar Edi.
Ia melanjutkan, untuk pemesanan, perseroan sudah berikan penugasan ke INKA dan berharap supaya INKA meningkatkan kemampuannya dalam membuat rangkaian kereta yang berkualitas.
"Pertama mungkin masih join dengan industri kereta asing, tapi tahun kedua itu instruksi dari Bu Menteri BUMN sudah bisa dibuat di Indonesia," tegas Edi.
Pengamat BUMN Ferdinand Hutahaean menyebut, sebagai BUMN transportasi, KAI harus meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dengan menyediakan rangkaian kereta yang aman dan nyaman. "Sudah seharusnya rangkaian yang uzur itu di ganti, karena menyangkut keselamatan dan kenyamanan penumpang. Selain itu, KAI juga kan mendapat subsidi untuk kereta ekonominya, yang artinya pelayanan bagi penumpang harus diutamakan," kata Ferdinand kepada
Rakyat Merdeka.
Selain pergantian rangkaian uzur, KAI juga diminta melakukan pembenahan di sistem pembelian tiket hingga pelayanan di stasiun. "Pembelian tiket masih kerap bermasalah, khususnya saat Lebaran atau Libur Nasional. Stasiun juga masih banyak yang tidak layak. Ini jadi PR KAI kedepan yang harus segera dibenahi," tegasnya. ***