Berita

Wiranto/Net

Hukum

Wiranto: Kita Tidak Akan Kompromi Dengan Perampok

Bebaskan Sandera Lewat Jalur Diplomasi
JUMAT, 05 AGUSTUS 2016 | 08:05 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah tidak akan kompromi dengan kelompok teroris Abu Sayyaf, termasuk membayar tebusan 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang disadera di Filipina.

Hal itu ditegaskan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto usai meng­hadiri Rakornas Tim Pengendalian Inflasi Daerah, di Jakarta, kemarin.

Wiranto mengatakan, Indonesia adalah negara besar dan berdaulat. Sehingga, tidak akan bisa dikendalikan oleh siapapun, termasuk oleh kelompok Abu Sayyaf. "Biarkan saja mereka ngomong apa. Jangan sampai kita disetir oleh mereka," kata Wiranto.


Namun demikian, Wiranto menegaskan, pemerintah terus berupaya melakukan operasi pembebasan dengan beker­jasama Filipina. Tapi yang jelas, Wiranto kembali menegaskan, pemerintah tidak akan menang­gapi ancaman yang dilontarkan oleh pihak Abu Sayyaf terkait permintaan tebusan sandera.

"Kita itu negara berdaulat, masa mau disetir sama peram­pok. Yang penting sekarang operasi pembebasan sandera terus berjalan," ujarnya.

Soal informasi adanya WNI yang sakit, Wiranto mengang­gap, hal tersebut merupakan tipu daya kelompok Abu Sayyaf agar tebusan segera dibayar.

"Itu tipuan. Mereka sengaja menghembuskan informasi seperti untuk menakut-nakuti pemerintah dan keluarga WNI yang disandera agar memberi­kan uang tebusan," tuturnya.

Oleh karena itu, Wiranto meminta masyarakat untuk tidak percaya dengan informasi terse­but. Apalagi menurutnya, pemer­intah tidak bisa ditekan dengan cara tersebut oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf.

"Soal sakit enggak sakit itu kan katanya. Bisa juga itu trik mereka (Abu Sayyaf). Misalkan, kamu diculik atau keluargamu diculik, terus kamu mau percaya sama omongan penculik," kata bekas Panglima ABRI ini.

Namun Wiranto memahami kekhawatiran pihak keluarga yang kerabatnya disandera hing­ga masyarakat luas. Namun, dia meminta agar pemerintah diberi kesempatan untuk bekerja mem­bebaskan sandera.

"Jangan kita heboh tiap hari soal itu. Yang penting sudah ada langkah konkrit seperti membuat kesepakatan dengan Filipina dan Malaysia untuk melakukan operasi, baik di darat maupun di laut," katanya.

Selain itu, pemerintah juga ter­us melakukan upaya pembebasan melalui cara diplomasi yang di­lakukan oleh Kementerian Luar Negeri.

"Jadi kita tunggu saja. Jangan tiap hari ribut saja. Tenang saja," kata Wiranto.

Di tempat terpisah, Juru bi­cara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Armanatha Natsir mengatakan, pemerintah akan melakukan semua cara untuk menyelamatkan WNI yang disandera di perairan Filipina Selatan, pada 22 Juni lalu.

"Langkah-langkah tersebut dilakukan secara terukur, alias tidak terburu-buru karena ban­yak sekali yang harus dipertim­bangkan," kata Armanatha.

Pertimbangan utama dalam upaya pembebasan, menurutnya, adalah keselamatan WNI yang disandera. Karena itu, pemer­intah akan melakukan langkah multitrack strategy.

"Kami melakukan pendeka­tan ke berbagai pihak den­gan semua aset yang dimiliki oleh Indonesia, baik itu melalui komunikasi-komunikasi resmi antara pemerintah Indonesia dan Filipina, juga kontak langsung para pihak perusahaan dengan penyandera," tuturnya.

Armanatha menambahkan, pemerintah Indonesia tidak da­pat secara terbuka memberi tahu kepada media langkah-langkah lebih lanjut, mengingat pihak penyandera akan selalu memoni­tori media-media Indonesia.

Hal tersebut justru akan men­gancam nyawa para korban sandera. "Pemerintah berusaha agar perusahaan terkait tidak memberikan uang tebusan ke­pada para penyandera dalam upaya pembebasan korban. Karena meskipun uang tebusan telah diberikan, itu tidak men­jamin keselamatan para WNI. Dan sampai saat ini kondisi kesepuluh WNI dalam keadaan baik-baik saja," katanya.

Sebelumnya, kelompok Al Habsyi Misaya, salah satu faksi bersenjata Filipina, Abu Sayyaf, mengancam akan membunuh empat ABK kapal tunda Charles, jika tuntutan uang tebusan mereka tidak dipenuhi perusahaan. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya