Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Hukum

Pak Jokowi, Kapan Mereka Dibebaskan

4 Sandera Sakit Keras
KAMIS, 04 AGUSTUS 2016 | 08:28 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Empat dari tujuh warga negara Indonesia (WNI) kru kapal TB Charles 001 yang disandera kelompok teroris Abu Sayyaf dikabarkan sakit keras. Mereka kurang makan dan terus berpindah tempat karena kelompok Abu Sayyap terus digempur militer Filipina. Keluarga korban pun kian resah. Pak Jokowi, kapan mereka dibebaskan?

Kabar empat sandera sakit datang dari Risna, sepupu sandera bernama Muhammad Sofyan (oliman). Sofyan bersama Muhammad Nasir (masinis III), Ismail (mualim I) dan Robin Piter (juru mudi) disandera kelompok Al Habsy Misaya, salah satu faksi Abu Sayyaf.

Awalnya, tujuh sandera kru kapal Charles dijadikan satu kelompok. Namun, setelah pemerintah Filipina kian massif menggempur faksi-faksi Abu Sayyaf, ketujuh WNI yang disandera 22 Juni lalu di kawasan Laut Sulu, Filipina, dipecah. Tiga sandera lainnya, Ferry Arifin (nahkoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM), Edi Suryono (Masinis II) berada di kelompok lain dan belum diketahui rimbanya.


Risna, sepupu Sofyan terkejut mendapatkan telepon dari Sofyan yang telah disandera selama 43 hari. Berbicara dengan nada lirih, Sofyan mengaku lambungnya sakit karena kelaparan. Sambil terbata-bata, Sofyan bercerita terkadang dalam satu hari dia tidak makan. Kalau pun makan, porsinya sangat minim lantaran harus berbagi dengan sandera lain. Logistik yang dimiliki para teroris kian menipis di medan tempur. "Di sana mereka kekurangan makanan," ujar Risna di Samarinda, kemarin.

Kondisi Sofyan lebih beruntung dari dua rekannya, Muhammad Nasir dan Muhammad Robin. Nasir, menderita luka infeksi di kaki lantaran terus bergerak dari satu titik ke titik lain di hutan Filipina demi menghindari serangan militer. Sementara Robin, kondisinya sudah sangat lemah sampai harus ditandu dan sulit berbicara.

Sebelum Sofyan menghubungi pihak keluarga, pekan lalu Ismail lebih dahulu menghubungi istrinya, yang bernama Dian Megawati. Mega, pada Selasa (2/8) datang ke Jakarta dan mendatangi Crisis Centre Kementerian Luar Negeri. Mega resah, dia meminta informasi akurat dari pemerintah tentang suaminya dan korban lainnya.

Konon, kondisi terdesak para kombatan itu sampai menurunkan harga tebusan para sandera. Awalnya, mereka meminta tebusan 250 juta peso setara Rp 69,7 miliar untuk seluruh sandera. Kini, harga itu turun menjadi 150 juta peso setara Rp 41, miliar. Turunnya harga tebusan itu datang dari PT PP Rusianto Bersaudara, pengusaha pengiriman batubara, pemilik kapal Charles. Secara sepihak, dia terus berkomunikasi dengan militan Abu Sayyaf agar seluruh karyawannya yang disandera dibebaskan.

Menkopolhukam Wiranto mengatakan, pemerintah Indonesia tidak akan pernah berkompromi dengan kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah tidak akan mengalah meski ada ancaman yang dilontarkan pihak penyandera. "Kami tidak akan mengalah pada ancaman mereka," tegas Wiranto di kantornya, kemarin.

Wiranto mengatakan, ancaman itu tidak semata-mata ditujukan kepada sandera, tetapi juga menyandera kehormatan bangsa Indonesia sebagai negara berdaulat. Saat ini pemerintah terus berupaya melakukan pembebasan sandera bersama pemerintah Filipina.

Seluruh jajaran angkatan bersenjata, kata Wiranto, sudah disiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Filipina dalam operasi militer bersama untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Mardigu Wowiek Prasantyo mendesak pemerintah membebaskan para sandera dengan cara terbaik. Dalam hal ini, cara paling cepat adalah membayar uang tebusan. Menurutnya, kelompok Abu Sayyaf saat ini semakin terdesak. Biasanya, dalam kondisi terdesak, kelompok teror akan semakin tidak berfikir jernih. "Kasian mereka. Pak Jokowi, kapan mereka dibebaskan?" ujar Mardigu kepada Rakyat Merdeka.

Saat ini, yang dibutuhkan adalah negosiasi cepat. "Yang penting, saudara kita ini bebas dahulu. Setelah itu baru kita introspeksi, kenapa kita terus kecolongan," pungkasnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya