Meski lebaran telah usai, ternyata harga bawang di beberapa pasar di Kota Palembang kembali mengalami kenaikan beberapa hari belakangan. Bahkan, harga bawang menyentuh Rp 56 ribu per kilogramnya.
Seperti yang terjadi pada bawang merah yang dijual di Pasar KM5 (Palimo) Palembang, harga bawang merah dijual dengan harga Rp 56.000 dari sebelumnya Rp 45.000-48.000 per kilogramnya.
"Sudah dua minggu ini harga bawang merah dan putih naik Rp 1.000-Rp 3.000 per kilogramnya yang terjad hampir setiap hari. Harga itu kami dapat dari agennya langsung," terang salah seorang pedagang pasar, Musliha kepada RMOLSumsel.com, Senin (1/8).
Dia menjelaskan, harga bawang putih saat ini mencapai Rp 38.000-Rp 40.000 per kilogram. Sebelumnya, harga bawang putih hanya dijual dengan kisaran Rp 32.000 per kilogram. Harga tersebut sempat turun usai lebaran, namun satu pekan terakhir kembali meroket.
"Banyak pembeli dan pelanggan saya yang nanya dan bingung. Karena, harga bawang merah dan putih sekarang terjadi sebelum lebaran, habis lebaran harganya turun. Tapi sekarang harganya tinggi lagi. Jangankan pembeli, kami juga bingung kenapa bisa begini," tuturnya.
Ia mengungkapkan, kenaikan ini tidak hanya terjadi di pasar Palimo. Informasinya, semua harga naik dari agen.
"Semua pasar katanya naik, bukan cuma di pasar palimo saja. Kami sempat nanya kepada beberapa pedagang di pasar lain yang kebenaran kenal dan sama-sama menjual bawang putih dan merah dari agen yang sama," terangnya.
Menyikapi hak tersebut, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Palembang, Dewi Isnaini membenarkan adanya kenaikan harga bawang di pasaran.
Dimana, kenaikan terjadi mencapai sekitar 20-30% dan sudah terjadi sejak satu minggu terakhir di beberapa pasar yang terpantau oleh pihaknya. "Memang harga bawang merah dan bawang putih di Kota Palembang mengalami kenaikan harga dalam waktu beberapa hari ini. Untuk saat ini, kami perkirakan kenaikan terjadi dipengaruhi beberapa faktor, seperti distribusinya," terangnya.
Dewi mengungkapkan, hasil pertanian seperti bawang, adalah komoditi yang paling riskan dan beresiko tinggi. Dimana, kapanpun distribusinya bisa terhambat apalagi saat musim hujan. "Sekarang kan masa La Nina ini pengaruhnya sangat besar. Komoditi ini mudah rusak atau busuk. Apalagi jika suplai bawang berasal dari luar pulau sumatera, yang menjadi penyebab suplai bawang merah dan bawang putih dari pemasok, membutuhkan waktu yang cukup lama," tuturnya.
Bawang merah dan putih, merupakan dua jenis komoditi, yang memiliki permintaan cukup tinggi di Palembang. Ibaratnya, tidak ada bawang merah dan bawang putih maka masakan apapun yang diolah masyarakat Palembang tidaklah nikmat. "Jadi permintaan tinggi, sedangkan pasokannya kurang. Otomatis akan berpengaruh ke harga," ujarnya.
Untuk menstabilkan harga tersebut, pihaknya akan memantau dan mengawasi ketersediaan dan tren naik/turunnya harga bahan pokok di pasaran. Untuk itu, upaya pengawasan harga kita lakukan, dengan memastikan terlebih dulu bahwa permintaan masyarakat terpenuhi. "Jika terjadi kekurangan stok, atau ketidaktersediaan komoditi itu, maka harga akan semakin tak terkendali. Untuk iti akan kami cari tahu apa penyebabnya," ungkapnya.
Sebagai salah satu upaya, kata Dewi, perlu keterlibatan semua pihak, baik pedagang, masyarakat dan sebagainya. Yakni dengan mensosialisasi dan terapkan pola konsumen cerdas. Yakni dengan menggunakan dan mengkonsumsi bawang merah dan bawang putih sesuai kebutuhan saja. "Jika ini diterapkan, kita optimis harga komoditi ini bisa semakin terkendali dan turun," tandasnya.
[sam]