Produsen industri vakÂsin hewan lokal meminta pemerintah untuk menekan peredaran jumlah produk impor ilegal karena menguÂrangi pendapatan. PerusaÂhaan lokal juga telah berhasil meningkatkan kualitas vaksin buatannya.
Ketua Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi), Andi WiÂjanarko mengatakan, jika ada isu vaksin palsu untuk hewan kalangan peternak tidak perlu khawatir akan ada bahayanya. "Produk yang beredar sekaÂrang ini yang digunakan oleh peternak itu asli semua jadi tidak perlu ada ketakutan," kata Andi kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, produk apa pun di Indonesia memang memiliki potensi untuk dipalÂsukan, termasuk obat-obatan untuk hewan. Apalagi obat dan vaksin hewan yang jumÂlahnya sangat banyak dengan manfaat serta harga yang berÂbeda-beda. Menurut dia, yang dikhawatirkan oleh produsen vaksin hewan lokal adalah obat dan vaksin ilegal.
"Obat ilegal itu dia tidak terdaftar di Kementerian PerÂtanian karena masuk tanpa melalui jalur yang resmi dan tidak ada pengecekan sebelum digunakan," terangnya.
Menurut Andi, pihak yang lebih dirugikan paling besar dengan adanya vaksin ileÂgal adalah pelaku industri vaksin hewan. Karena ilegal itu biasanya memiliki harga jauh lebih murah. Sedangkan, kualitasnya sama.
"Biasanya perusahaan pengedar vaksin ilegal berusaÂha menjaga kepercayaan dari kalangan peternak. Sehingga permintaan terus meningkat. Karena itu, pemerintah harus bisa menekan jumlah vaksin ilegal," jelasnya.
Vaksin impor yang resmi, kata dia, harganya jauh lebih mahal di atas harga vaksin lokal. Kendati mahal, ada juga peternak lebih senang mengÂgunakan produk impor karena kualitas dan manfaatnya lebih banyak dibandingkan buatan lokal.
Tapi sekarang vaksin lokal, kata Andi, sudah berusaha menciptakan manfaat serupa dengan impor. "Sehingga harÂganya pelan-pelan juga naik," tukasnya.
Kepala Divisi Obat Hewan PT Caprifarmindo LaboratoÂries, Maryono mengatakan, vaksin hewan yang diproduksi di dalam negeri pada dasarnya memiliki kualitas yang sama baiknya dengan produk impor. Negara produsen vaksin keÂbanyakan berasal dari Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia.
"Sebetulnya vaksin lokal sekarang lebih unggul karena sesuai dengan kondisi penyaÂkit hewan di dalam negeri," katanya.
Dari catatannya, sepanjang tahun lalu kebutuhan peternak masih dipenuhi oleh produk impor dengan persentase sekiÂtar 70 persen dan sisanya lokal. "Vaksin kebutuhan industri peternakan nasional banyak dipasok dari produk impor, maka industri vaksin di Indonesia sulit majunya," katanya.
Harganya Harus KompetitifPelaku industri di bidang ternak perunggasan berharap dengan banyaknya perusaÂhaan vaksin baru yang menaÂnamkan investasnya di Tanah Air harga jualnya bisa lebih kompetitif.
"Dengan adanya perusaÂhaan baru ini maka harga bisa bersaing," ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat IndoneÂsia (Pinsar), Leopold Halim.
Dikatakannya, saat ini ada banyak vaksin dengan manÂfaat yang berbeda-beda. SeÂmuanya itu diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar dari dalam maupun luar negÂeri. Namun, sayang harganya masih mahal.
"Vaksin itu banyak sekali ada berpuluh-puluh macam jenis, ayam kita per ekor harus diberi vaksin yang berbeda-beda," jelasnya. ***