basuki tjahaja purnama:net
Meski hubungan politik Ahok dan PDIP menjelang Pilgub DKI Jakarta belum satu jalan, tapi sebenarnya mereka saling ngangenin. Ahok kan masih mau maju jadi cagub lewat jalur independen, sementara PDIP maunya dia pakai jalur parpol. Ahok dan PDIP benci tapi rindu nih. "Lucu ya, benci tapi rindu. Tapi semua kita kembalikan kepada kokoh (Ahok)," ujar politisi PDIP Eva Kusuma Sundari saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, tadi malam
.
Benci tapi rindu ini, kata Eva, terlihat ketika beredar kabar Presiden Jokowi mendatangi kediaman Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk meminta partainya menjagokan Ahok di Pilgub DKI tahun depan. Pertemuan itu, terjadi Selasa (12/7), setelah Lebaran.
Eva menduga, Jokowi membicarakan pasangannya kala memimpin Jakarta itu kepada Mega. Pasalnya, isu PDIP mencalonkan Ahok atau tidak sedang populer saat ini.
"Kayaknya jadi bahan omongan sambil lalu. Aku
spekulasi wae," katanya.
Menurut dia, kemungkinan besar PDIP mendukung Ahok di Pilgub mendatang. Asalkan, Ahok mau maju di Pilgub melalui jalur parpol, didukung PDIP. Bahkan, pintu pendaftaran penyaringan cagub untuk Ahok selalu terbuka lebar, sampai injury time.
"Asalkan bersedia tarung pakai jalur parpol, bukan perseorangan," tegasnya.
Seperti diketahui, hingga saat ini PDIP belum mengumumkan siapa jagonya di Pilgub DKI Jakarta tahun depan. Padahal, partai berlambang banteng itu telah melakukan proses penjaringan dan telah mengerucutkan 34 bakal calon yang mendaftar menjadi enam orang melalui proses uji kelayakan.
Nah, beredar kabar di antara enam orang ini tidak tercantum nama Ahok. Tetapi, dipastikan dua di antaranya adalah kader PDIP yaitu Wagub Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan mantan Ketua DPD DKI Jakarta Boy Sadikin.
"Kader PDIP ada dua dari enam nama yang diajukan. Yang diajukan oleh internal, saya dan Pak Boy Sadikin," ujar Djarot kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/7).
Eva menyatakan, Jokowi terlihat seperti hendak menengahi atau menjembatani Ahok dengan PDIP. Sebab, kedua pihak disebutnya sama-sama masih memegang syarat. "Ahok maunya perseorangan. PDIP kan nggak mungkin mendukung perseorangan karena kami kan sudah membangun sistem. Sementara Ahok merasa di atas angin tidak mau di jalur politik," katanya.
Padahal sebenarnya, hubungan Ahok dan PDIP memang sangat dekat. Terutama antara Ahok dan Megawati. Meski begitu, PDIP dikatakan Eva sangat fair dalam persiapan Pilkada, baik untuk Jakarta dan daerah lain. "Jadi sekarang bola di Kokoh (Ahok), mau daftar nggak agar diusung PDIP," katanya.
Anggota DPR ini percaya bahwa Jokowi akan memberikan solusi terbaik. Eva pun berharap Jokowi menjadi penengah yang akan membuat Ahok dan PDIP satu suara dalam menghadapi Pilgub DKI nanti. "Pak Jokowi pasti tahu betapa PDIP serius kalau mengusung orang yang dipercayanya. Masa' jalan parpol disuruh buang gitu aja untuk ngikuti maunya Ahok personal," sebut dia.
Ahok, kata Eva, mungkin saja mengharapkan hak preogratif Megawati untuk menentukan cagub di Jakarta. Namun, Eva memastikan, PDIP tidak mungkin mengikuti maunya Ahok untuk didukung melalui jalur perseorangan.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Gun Gun Heryanto mengatakan, kunci PDIP mendukung Ahok atau tidak ada di tangan Megawati. "Posisi Bu Mega yang menentukan di
injury time, mendukung Ahok atau tidak," ujarnya saat berbincang dengan
Rakyat Merdeka, tadi malam.
Gun Gun menjelaskan, posisi Ahok saat ini sedang di atas angin. Pertama, Ahok dinilai punya bargaining politik tinggi karena mendapat dukungan satu juta KTP untuk maju di jalur independen. Kedua, sudah ada tiga parpol, Nasdem, Hanura dan Golkar yang siap mendukung baik melalui jalur partai atau perseorangan. "Hitungannya, tiga partai itu dengan 24 kursi sudah cukup untuk didukung partai. Ahok ini bisa lewat dua jalur sekalipun tanpa PDIP," katanya.
Atas kondisi ini, lanjut Gun Gun, sebenarnya yang berharap adalah PDIP. Partai ini sampai menunda mengumumkan nama bakal calon di Pilgub Jakarta tahun depan lantaran menanti Ahok mau mendaftarkan diri sebagai kandidat PDIP. Sayangnya, Ahok tidak mendaftar.
"Kalau Ahok maju bersama PDIP, sudah pasti menang. Tapi jadi nggak seru. Sebaiknya Ahok dan PDIP bertarung agar tidak hegemonik dan terjadi kompetisi yang bagus," pungkasnya. ***