Ketua DPR RI, Ade Komaruddin, tidak begitu yakin Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengirim paket parsel kepada anggota Komisi III DPR RI, Abdul Kadir Karding. Kalau pun benar, dia meyakini hal itu tidak terkait dengan hubungan kerja.
"BPK itu bukan mitranya Komisi III. Yang seharusnya ada kaitan kerja itu Komisi XI dan BPK. Itu mitranya. Jadi saya enggak paham kalau ada parsel dari BPK ke Komisi III. Tidak ada kaitan hubungan kerja," ujar Ade ketika ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (1/7).
Ditanya apakah anggota Dewan boleh menerima parsel atau tidak, pria yang karib disapa Akom ini menegaskan sesungguhnya sudah bertahun-tahun anggota dewan menerima parsel.
"Budaya itu sekarang sudah tidak ada. Barangkali teman teman seperti BPK mengirimkan itu bukan karena kaitan kerja tetapi mungkin kaitan persaudaraan, pertemanan saya enggak tahu. Tetapi kalau itu kaitannya dengan kerja, itu sama sekali tidak relevan. Karena tadi komisi III itu mitranya bukan BPK," katanya.
Karena tidak memiliki keterkaitan hubungan kerja, Akom yakin tidak ada unsur suap dalam pemberian parsel tersebut. Meski demikian, Akom mengimbau kepada semua anggota dewan untuk menghindari segala sesuatu yang berbau dengan korupsi. Termasuk menerima parsel.
Diketahui Abdul Kadir Karding sendiri mengaku tak tahu menahu tentang adanya parsel yang dialamatkan ke kediamannya, di Apartemen Permata Hijau, Jakarta Selatan, tersebut. Paket itu berisi sepaket porselen serta guci bercorak biru dan emas, smartphone Samsung Galaxy Note 5.
Dugaan mengarah ke BPK karena terdapat kartu yang menyatakan BPK sebagai pengirimnya serta tercetak logo lembaga tersebut.
"Saya mengucapkan terima kasih. Tapi sesuai dengan aturan maka saya tidak bisa menerima pemberian parsel dari pihak mananpun. Saya pejabat publik sehingga wajib hukumnya menghindari pemberian-pemberian parsel seperti itu," kata Karding menanggapi.
Sementara pihak BPK, seperti disampaikan juru bicara BPK, Yudi Ramdan Budiman, membantah telah mengirim parsel.
[zul]