Berita

dradjad h wibowo/net

Dradjad H Wibowo: Indonesia Akan Cukup Terpukul Oleh Brexit

SABTU, 25 JUNI 2016 | 00:06 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Indonesia akan cukup terpukul oleh Brexit dan efek dominonya.

Demikian disampaikan ekonom senior Dradjad H Wibowo. Menurut Dradjad, Brexit merupakan salah satu pukulan terbesar bagi pasar keuangan global. Saham bank-bank besar di Inggris seperti Barclays dan RBS rontok 17 persen, dan bahkan sempat mencapai 30 persen pada sesi awal bursa. Padahal London adalah salah satu pusat keuangan dunia.

"Ini baru awal. Sekarang partai-partai kanan di Perancis, Italia, Belanda, mulai menyerukan referendum yang sama. Perancis dan Italia adalah perekonomian kedua dan ketiga terbesar di Eropa," kata Dradjad saat dimintai analiasanya beberapa saat lalu (Sabtu, 25/6).


Singkatnya, jelas Dradjad, volatilitas, ketidakpastian dan risiko global naik drastis oleh Brexit. Dan biasanya, jika sudah demikian, maka dana-dana akan lari ke aset-aset yg dianggap aman.

"Mungkin lari ke AS, sampai jelas siapa yang jadi Presiden AS yang akan datang," ungkap Dradjd.

Biasanya juga, sambung Dradjd, dalam kondisi seperti ini Indonesia akan menjadi korban karena Indonesia hanya pemain sangat kecil di dunia. Apalagi harga utang pemerintah dan swasta makin mahal.
Di saat yang sama, ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum pulih. Penerimaan pajak pun makin berat naiknya karena kinerja perusahaan melemah.

"Saat ini masih terlalu awal untuk menganalisis dampak sepenuhnya dari Brexit dan efek dominonya. Sebab hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Yang jelas, it is worse than very bad!" ungkap Dradjad.

Di tengah kondisi ini, Dradjad memberikan saran kepada pemerintah untuk mengencangkan ikat pinggang melalui displin anggaran dan membantu perusahaan-perusahaan Indonesia semaksimal mungkin untuk menjaga kinerjanya.

"Pemerintah dan dunia usaha harus bersatu menghadapi volatilitas, ketidakpastian dan risiko global yang melonjak. Jangan lupa proses negosiasi keluarnya Inggris bisa memakan waktu dua tahun. Banyak sumber risiko ke depan," demikian Dradjad. [ysa]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya