. Presiden Joko Widodo meninjauan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Pesanggaran berkapasitas 200 Mega Watt (MW) dengan pasokan gas mini Liquid Natural Gas (LNG) di Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, Sabtu (11/6).
Jokowi melakukan peninjauan di dua lokasi yakni peninjauan mesin pembangkit yang berlokasi di Pesanggaran dan meninjau storage LNG yang berlokasi di pelabuhan Benoa yang berjarak kurang lebih 2 kilo meter dari pembangkit pesanggaran.
Usai meninjau, Kepala Negara menjelaskan bahwa proyek yang ini dilaksanakan hampir 16 bulan kalau dihitung tanggal awal Juni kemarin. "Ini mengganti dari yang sebelumnya diesel dipindah ke gas dan ini storage-nya ini yang cair kemudian diganti di sana yang gas kemudian masuk ke pembangkit listrik," terangnya.
Hal itu, menurut Jokowi, bisa menghemat per harinya Rp 4 miliar. "Sangat efisien sekali ini memang kita lihat ini baik segera yang diesel-diesel yang di pulau pulau satu per satu akan kita pindahkan ke gas," tambah Jokowi dilansir dari laman
setkab.go.id.
Jelas Jokowi, ini adalah teknologi yang pertama, dipakai dan dikerjakan oleh insinyur-insinyur dalam negeri sendiri. "Untuk pembangkitnya membutuhkan anggaran Rp 2 triliun untuk merubah mesin yang ada dipembangkitnya dari diesel solar ke diesel gas tapi dengan konversi tadi setiap hari bisa dihemat Rp 4 miliar paling hanya dua tahun sudah tertutup," jelasnya.
Jokowi menambahkan, ada tiga keuntungan menggunakan teknologi ini. Pertama untuk mempercepat, dan kedua masalah biaya juga efisien, dan ketiga masalah energi baru terbarukan.
Mengenai investasi yang mungkin ada, menurut Jokowi, yang mobile power plant (MPP) berarti investor swasta bisa, public private partnership (PPP) bisa, tapi ada juga kombinasi. "Kombinasi itu yang akan nempercepat dan juga tidak hanya PLTU tidak hanya batubara kalau batubara bisa 4, 4,5 tahun, 5 tahun yang gede-gede tapi kalau yg PLTG yang gas bisa hanya 7 bulan," jelas Presiden asal PDIP ini.
Semua hal itu, menurut Jokowi, tidak ada masalah, tapi semuanya masih kalkulasi. "Jangan sampai nanti karena apapun, ini kalau dibanding batubara masih sedikit lebih mahal hitung-hitungannya kan konsumen mau seperti apa kan harus dihitung oleh PLN," tukasnya.
[rus]